Pencurian dan Mahalnya Pupuk Dikeluhkan Petani di SP6

- Papua60Detik

Lahan warga yang ditanami sayur pare dan ketimun, di Jalan Poros Kampung Naena Muktipura - Lokpong, Sabtu (2/7/2022). Foto: Rachmat Julaini/ Papua60Detik
Lahan warga yang ditanami sayur pare dan ketimun, di Jalan Poros Kampung Naena Muktipura - Lokpong, Sabtu (2/7/2022). Foto: Rachmat Julaini/ Papua60Detik

Papua60Detik - Tingginya kasus pencurian hasil kebun di Kampung Naena Muktipura SP 6 dikeluhkan para petani.

Kepala Kampung Naena Muktipura, Lalu Sukri Rahman mengatakan, banyak warga terpaksa menjaga kebunnya di malam hari. 

"Dalam beberapa kesempatan, pencurian tetap saja terjadi," katanya, Sabtu (2/7/2022)

Selain pencurian, ia menyebut mahalnya harga pupuk juga dikeluhkan petani. Pupuk bersubsidi dari pemerintah jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan petani. Bagaimana tidak, satu rumah hanya mendapat satu karung pupuk.

"Padahal petani bisa memakai pupuk lebih dari satu karung. Kalau mau beli juga mahal. Kayak pupuk NPK itu harganya lebih dari sejuta," ungkapnya.

Menurut salah satu petani, Mus, untuk mendapatkan pupuk subsidi, petani harus tergabung ke salah satu kelompok tani. Mus sendiri mengaku belum menjadi anggota kelompok tani.

"Biasanya kalau penyaluran subsidi pupuk dari pemerintah ke ketua kelompok. Dari situ baru ke anggota. Itu yang saya tahu," katanya.

Keluhan bertambah saat harga pupuk mahal ditambah dengan murahnya harga hasil kebun. 

"Contohnya saya yang menanam pare. Harganya ini Rp 3 Ribu per kilogram. Terus terang kami merugi. Hanya panen awal yang sempat dapat harga tinggi yaitu Rp 8 Ribu per kilogram," terangnya.

Mus juga membenarkan maraknya pencurian hasil kebun warga. Dimana jumlah hasil kebun yang dicuri bisa mencapai beberapa karung.

"Iya banyak kalau pencurian hasil kebun. Rata-rata yang dicuri itu buah seperti semangka dan melon. Bisa berkarung-karung," sebutnya.

"Kalau sayur-sayuran pas lagi mahal itu dicuri juga. Bukan semangka saja," sambung Mus. (Rachmat Julaini)





Bagikan :