Sudah Layakkah Timika Disebut Smart City?
Minggu, 23 Maret 2025 - 18:24 WIT - Papua60Detik

Papua60detik - Smart City atau kota cerdas merupakan konsep pengembangan kota yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi, kualitas hidup dan pelayanan publik.
Program Smart City di Mimika digalakkan sejak 2017 dengan menjadi salah satu wilayah pilot project pengembangan smart city. Namun sudah berlangsung selama tujuh tahun perkembangannya masih belum begitu terlihat.
Pembimbing Smart City Kabupaten Mimika, Wikan Danar Sunindyo menilai terjadi penurunan pada program smart city Kabupaten Mimika pada master plan tahap dua.
Master Plan Smart City tahap pertama dari tahun 2017 hingga 2022. Sementara Master Plan Smart City tahap dua dari tahun 2023 hingga 2028.
Berikut kami mewawancarai beberapa generasi Z (Gen Z) tentang perkembangan Timika menjadi smart city.
Tony Manurung menilai Timika masih dalam proses menuju ke sana. Katanya 50 banding 50. Bagaimanapun menurutnya, smart city merupakan konsep penting dalam tata kelola pemerintahan daerah dan berdampak bagi kualitas hidup masyarakat.
"Kalau kelayakan disebut sebagai smart city masih dalam tahapan proses, masih fifty-fifty. Diharapkan dengan adanya konsep smart city layanan pemerintah bisa lebih baik, efisien, transparan dan bersih," kata dia.
Katanya, smart city juga mesti memperhatikan SDM. Sederhananya, percuma kotanya smart kalau warganya belum smart. Smart City butuh SDM unggul.
"Pemerintah lewat Disnaker bisa membuat terobosan pelatihan kerja, perkembangan teknologi hingga pembukaan lapangan pekerjaan. Sehingga SDM bisa unggul, dan smart city dapat terwujud bisa dirasakan masyarakat," katanya.
Sementara Ruth Davenco seorang pelajar di Timika berpendapat smart city menekankan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
"Smart city lebih ke memudahkan kita go digital. Karena kita sekarang di era modern, era internet banyak ke arah digitalisasi. Untuk dalam beberapa bidang sudah layak disebut smart city, tetapi ada juga yang belum untuk bisa dibilang smart city," kata dia.
Timika belum layak untuk disebut smart city di bidang transportasi. Katanya di Timika masih banyak kurangnya pada transportasi umum yang disediakan pemerintah. Bidang pendidikan menurutnya juga sudah harus terintegrasi ke digital.
"Untuk pemerintah, harus lebih banyak pelatihan untuk mempertajam kualitas, untuk smart city juga belum banyak yang tahu bahwa Mimika merupakan 100 daerah percontohan untuk smart city," ungkap Ruth.
Tak beda jauh dengan Ruth, Cut Syihrul Maya Rifka mengatakan smart city merupakan konsep kota yang menggunakan teknologi untuk permudah kehidupan warganya.
Sasaran utamanya di layanan publik, seperti kesehatan, transportasi atau bahkan pembuangan sampah bisa menggunakan teknologi. Dengan begitu kota menjadi nyaman, modern dan ramah lingkungan.
"(Saat ini), belum layak disebut Mimika smart city, karena pada kenyataannya di Timika masih banyak yang belum melek digital. Dan masih banyak pelayanan publik yang masih menggunakan manual," katanya.
Bagi Cut Syihrul, SDM faktor paling penting. Mencapai smart city diperlukan SDM yang melek teknologi.
"Kalau daerah ingin mewujudkan smart city, pemerintah harus memajukan SDMnya," pungkasnya. (Eka)