Adriaan Van Der Bijl; Sang Nduga Mende Pembawa Terang Peradaban

- Papua60Detik

Warga Nduga dari delapan jemaat gereja di Timika ibadah penutupan duka atas wafatnya Pendeta Adriaan Van Der Bijl di Gereja Sion, Jalan Gaharu, Sabtu (29/08/2020).
Warga Nduga dari delapan jemaat gereja di Timika ibadah penutupan duka atas wafatnya Pendeta Adriaan Van Der Bijl di Gereja Sion, Jalan Gaharu, Sabtu (29/08/2020).

Papua60detik - Warga Nduga dari delapan jemaat gereja di Timika berkumpul di Gereja Sion, Jalan Gaharu, Sabtu (29/08/2020) beribadah penutupan duka atas wafatnya Pendeta Adriaan Van Der Bijl.

Van Der Bijl lahir di Sumatera, 19 November 1929. Ia meninggal di Toronto, Kanada 20 Agustus 2020 lalu.

Dari kesaksian jemaat dan riwayat hidup yang dibacakan Pale Gwijangge, gampang menarik kesimpulan, sosok Van Der Bijl adalah figur kunci dalam sejarah perkembangan peradaban masyarakat Suku Nduga.

Pendeta Adriaan Van Der Bilj adalah misionaris pertama yang membawa Injil di wilayah Nduga. Ia adalah sosok pembawa 'terang' ke dalam peradaban masyarakat Suku Nduga.

Oleh masyarakat Suku Nduga, ia diberi nama Nduga Mende. Artinya, milik orang Nduga. Dari pemberian nama itu saja bisa disimpulkan, ingatan sosial masyarakat Suku Nduga sangat lekat dengan sosok Pendeta Van Der Bijl.

Christian and Missionary Alliance (C&MA) di awal tahun 60an mengirim Van Der Bijl sebagai misionaris ke Papua Barat. Kali pertama ia bertugas di wilayah Enarotali. Di Enarotali ia ditugaskan sebagai guru, mengajar di Sekolah Alkitab Tingkat Pertama. Tiga tahun ia di sana.

Pada konferensi C&MA di Jayapura, Van Der Bijl memutuskan terjun dalam misi penginjilan terhadap masyarakat Suku Nduga.

Berangkat dari Hidatipa ke Jila dengan pesawat. Dari Jila ia melanjutkan berjalan kaki ke wilayah Nduga. Ia terhitung mulai menetap bersama istri, Marie Jo-sephe Montet Sperat dan anaknya di Mapnduma, Nduga pada 31 Oktober 1963.

Di awal kedatangannya, Van Der Bijl membangun lapangan terbang di Mapnduma. Ia kemudian membangun dua rumah untuk  Mary Owen dan Elfrieda Toews yang membantu pelayanannya.

Van Der Bijl mendirikan Sekolah Theologia Persiapan dan Sekolah Theologia Sion Mapnduma. Lulusannya ada yang dikirim melanjutkan pendidikan, sebagian lagi diutus mengembangkan pelayanan ke kampung-kampung lain.

Mery Owen bahkan menerjemahkan injil ke dalam bahasa Nduga dan mencetaknya.

Selain di ranah religius dan pendidikaan, Van Der Bijl juga mendirikan klinik untuk pelayanan kesehatan. Elfrieda Toews bahkan bisa mengkader beberapa mantri kesehatan.

Atas semua jasa pelayanan kemanusiaannya itulah, Van Der Bijl tak hanya dihormati tapi dicintai masyarakat Suku Nduga.Van Der Bijl telah menjadi milik Suku Nduga melalui panggilan Nduga Mende.

Sementara Elfrieda Toews yang ia peristri setelah istri pertamanya meninggal di Mapnduma diberi nama Ndugakwe atau perempuan Nduga. Elfrida kemudian menjadi nama RSUD di Kenyam ibukota Kaupaten Nduga.

Lintas generasi yang hadir di ibadah penutupan duka juga menggambarkan satu hal, sosok Van Der Bijl telah menjadi ingatan kolektif masyarakat Suku Nduga. Cerita pelyananan dan juang kemanusiannya menurun dari generasi ke generasi Suku Nduga. (Burhan)




Bagikan :