Eliminasi Malaria di Tanah Papua Dibahas dalam Asia Pacific Leaders’ Summit di Bali
Kamis, 19 Juni 2025 - 19:08 WIT - Papua60Detik

Papua60detik - Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Republik Indonesia, Ribka Haluk, menegaskan komitmen kuat Kementerian Dalam Negeri dalam mendukung program nasional eliminasi malaria, khususnya di wilayah-wilayah endemik seperti Tanah Papua. Hal ini disampaikan saat dirinya menghadiri secara langsung Opening Ceremony 9th Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria Elimination yang digelar di Graha Paruman Hilton Bali Resort, Kabupaten Badung, Nusa Dua, Bali, Selasa (17/6/2025).
Wamendagri Ribka Haluk menyampaikan apresiasi atas sinergi lintas kementerian dan negara dalam mendorong eliminasi penyakit malaria yang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
“Saya, atas nama Bapak Menteri Dalam Negeri, menyampaikan apresiasi kepada Bapak Menteri Kesehatan dan kepada negara-negara sahabat yang hadir dan telah menyampaikan komitmennya terhadap eliminasi malaria di Indonesia. Kami juga memberikan apresiasi tinggi kepada provinsi-provinsi yang telah menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan atas keberhasilannya mencapai status bebas malaria,” ungkap Ribka Haluk, dalam keterangan tertulis yang diterima media ini, Kamis (19/6/2025).
Namun, di tengah capaian tersebut, Wamendagri secara tegas menyampaikan bahwa pekerjaan rumah besar yang masih harus dituntaskan adalah eliminasi malaria di kawasan Tanah Papua yang kini telah dimekarkan menjadi enam provinsi.
“PR besar kita saat ini adalah Tanah Papua dengan enam provinsinya. Tadi Bapak Menteri Kesehatan menyampaikan bahwa sekitar 93 persen dari total kasus malaria nasional berasal dari wilayah ini. Ini menjadi perhatian serius dan harus menjadi prioritas kerja pemerintah daerah ke depan,” tegasnya.
Wamendagri menambahkan bahwa Kementerian Dalam Negeri memiliki mandat penting untuk memastikan bahwa upaya eliminasi malaria masuk secara konkret ke dalam dokumen perencanaan daerah.
“Tugas Kementerian Dalam Negeri adalah memastikan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di enam provinsi di Papua benar-benar mengalokasikan anggaran khusus untuk program eliminasi malaria. Ini bukan sekadar janji, tapi harus menjadi rencana aksi yang terukur dan terarah,” tegasnya.
Ia menekankan, dukungan Kemendagri terhadap program ini adalah bagian dari kontribusi nyata menuju Indonesia Emas 2045, yaitu visi Indonesia sebagai negara maju dengan masyarakat yang sehat, cerdas, dan sejahtera.
“Eliminasi malaria bukan hanya isu kesehatan, tapi juga strategi besar dalam pembangunan manusia Indonesia. Karena tanpa masyarakat yang sehat, mustahil kita bisa bicara tentang daya saing dan produktivitas menuju Indonesia Emas 2045,” jelas Ribka Haluk.
Sebagai bentuk konkret komitmen, Kementerian Dalam Negeri bersama pemerintah daerah akan membuat nota kesepahaman guna menjadi dukungan penuh terhadap penganggaran dan pelaksanaan program eliminasi malaria di Papua.
“Kami akan memastikan bahwa pemerintah daerah wajib menyiapkan anggaran secara jelas dan memadai. Komitmen yang ditandatangani hari ini akan menjadi dasar pengawasan dan pendampingan oleh Kemendagri. Kami tidak akan berjalan sendiri, kami akan terus mendampingi pemerintah daerah sampai target eliminasi ini tercapai,” pungkasnya.
Acara bergengsi tingkat internasional ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Presiden ke-6 Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga merupakan anggota Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria Elimination. Turut hadir pula Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Executive Director The Global Fund Peter Sands, CEO APLMA Sarthak Das, serta delegasi dari negara-negara Asia Pasifik.
Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria Elimination ke-9 ini menjadi ajang strategis untuk memperkuat kerja sama antar negara dalam menanggulangi penyakit malaria yang hingga kini masih menjadi beban kesehatan masyarakat global. Bagi Indonesia, forum ini tidak hanya menjadi ruang diplomasi kesehatan, tetapi juga momentum mempertegas arah pembangunan kesehatan yang inklusif dan berkeadilan termasuk bagi wilayah-wilayah terluar dan tertinggal seperti Papua. (Faris)