DKPT Deklarasikan Tarian Odiyai sebagai Identitas Budaya di Hari Noken Sedunia
Penampilan Group Tim Tarian Odiyai pada L peringatan Hari Noken sedunia yang di selenggarakan oleh DKPT.  Foto : Elia Douw/Papua60detik
Penampilan Group Tim Tarian Odiyai pada L peringatan Hari Noken sedunia yang di selenggarakan oleh DKPT. Foto : Elia Douw/Papua60detik

Papua60detik - Dewan Kesenian Provinsi Papua Tengah mendeklarasikan Tarian Odiyai sebagai tarian identitas daerah pada Festival Seni dan Pameran Noken yang digelar dalam rangka Hari Noken Sedunia di Bandara Lama Nabire, Kamis (04/12/2025).

Ketua Kesenian Kabupaten Paniai, Anton Gobai, menjelaskan Tarian Odiyai terinspirasi dari Burung Odiyai/Odiayai.  yang menjadi inspirasi tarian tersebut. Menurutnya, burung kecil ini dipercaya sebagai 'raja dari seluruh cenderawasih' dan berasal dari wilayah Meepago, Papua Tengah Dalam bahasa Latin, burung ini dikenal sebagai cenderawasih parotia jantan.

Ia menjelaskan, Burung Odiyai dikenal luas oleh masyarakat di berbagai kampung di Nabire hingga wilayah ujung Papua Tengah.

"Meski berukuran kecil, ia dipercaya sebagai burung yang memiliki kedudukan tertinggi di antara jenis Cenderawasih lainnya. Menurutnya, karakter burung ini mencerminkan kehidupan masyarakat Meepago, terutama terkait nilai-nilai budaya dan kebiasaan yang menjadikan tempat dansa sebagai ruang ekspresi masyarakat," jelasnya.

“Saat kami tampilkan tarian ini, kami menampilkan jati diri orang Mepago,” tambah Anton.

Gobai menyebut bahwa Deklarasi Tarian Odiyai pada festival ini menjadi langkah penting bagi Papua Tengah. 

Ia berharap, tarian ini menjadi tarian wajib bagi masyarakat dari delapan kabupaten di Papua Tengah dalam berbagai acara adat, penyambutan tamu, hingga kegiatan pemerintahan.. 

"Kalau orang Papua Tengah ada di Jayapura, mereka harus tampil bersama Tarian Odiyai. Itu sebabnya kami mendeklarasikan tarian ini agar semua sanggar seni dapat menyusul," katanya.

Katanya, deklarasi ini memperkuat kesenian Meepago sekaligus melestarikan Burung Odiyai sebagai simbol identitas budaya Papua Tengah. (Elia Douw)