James Roy Wandikbo, Anak Guru SD dan Bidan di Papua Berhasil Jadi Pilot

- Papua60Detik

Ayub Wandikbo memeluk anaknya, Roy Wandikbo yang telah menyelesaikan study di Genesa Academy Flight, Senin (28/6/2021)
Ayub Wandikbo memeluk anaknya, Roy Wandikbo yang telah menyelesaikan study di Genesa Academy Flight, Senin (28/6/2021)

Papua60detik - Tahun 1997, suatu waktu di Kwamki Narama, Roy Wandikbo menengadah ke langit. Ia menyaksikan pesawat melintas.

"Kalau su besar, sa mau jadi pilot, biar bisa antar mama keliling dunia," ucap Roy ke Mamanya ketika itu.

Mamanya yang peka, diam-diam mencatat kalimat itu di buku agendanya.

Singkat cerita, si Roy kecil beranjak dewasa. Dia sudah di bangku kelas 3 SMP.

Di waktu yang tepat, Mamanya kembali membuka buku agendanya. Kalimat itu masih terbaca di sana. Ia menunjukkan ke Roy.

Si Roy lantas meminta Mamanya mempersiapkan segalanya. Mimpinya jadi pilot tetap nyala, tak redup apalagi mati. Dan ia tahu persis, jadi pilot tak pernah mudah apalagi murah.

Tahun-tahun berlalu, kini di 2021, Roy pulang dari Jakarta. Ia telah menyelesaikan study dari Genesa Academy Flight. License terbaru yang Roy dapat adalah rotary wing. License itu buat menerbangkan helikopter dengan 50 jam terbang. Sebelum itu ia sudah dapat license menerbangkan peswat sejenis cessna.

Di Bandara Mozes Kilangin Timika, Senin (28/6/2021), ia dijemput keluarga kecilnya. Roy tampak canggung, ia berusaha menutupinya dengan banyak bercanda. Barangkali seumur hidupnya kali pertama ia dikalungi bunga.

Tapi bagi sanak saudara, Roy yang kini berhasil jadi pilot adalah kebanggaan. Ia layak disambut. Menyelesaikan study dari Genesa Academy Flight adalah satu tahap perjalanan yang tak mudah, tentu saja.

Roy anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ayub Wandikbo dan Innah Gwijangge. Nama lengkapnya James Roy Novaltino Wandikbo. Ia kini berusia 25 tahun.

Roy beruntung, ia berada di lingkungan keluarga terdidik. Bapaknya, Ayub Wandikbo adalah guru Sekolah Dasar generasi pertama di wilayah Nduga. Ibunya seorang bidan, mengenyam pendidikan strata 2 dengan dua gelar.

"Sebagai orang tua hanya mendukung. Maunya anak jadi apa kami tidak pernah paksa. Tugas kami hanya dukung dengan doa dan biaya" kata Mamanya, Innah.

Keluarga yang mendukung doa, motivasi, nasehat dan terutama biaya jadi penentu. Roy selesai di Genesa Academy Flight butuh biaya sangat besar dengan melihat kemampuan ekonomi orangtuanya.

Faktor biaya juga jadi penjelas, kenapa Roy terpaksa harus cukup lama berada di academynya.

Pemprov Papua, Pemkab Nduga dan beberapa pribadi memang pernah membantu. Tapi sebagian besar biaya studynya adalah jeri payah orangtuanya.

"Suka duka pasti ada. Puji Tuhan, kami bersyukur sudah mendidik anak bisa menyelesaikan study pilot. Terima kasih nenek dan teteh yang selalu dukung dengan doa, terim kasih kepada keluarga besar Gwijangge dan Wandikbo serta para pendidik dan instruktur di academy," kata Innah.

Dari bandara, Roy tak langsung diantar ke rumah kontrakan keluarganya di Irigasi. Ada ibadah syukuran kecil-kecilan di Gereja Bethesda.

Satu per satu kenalan, teman datang memeluk, beri selamat. Anak-anak riang nyanyi lagu-lagu sekolah minggu.

Momen haru tiba ketika Bapaknya, Ayub Wandikbo tiba di gereja. Ia datang telat. Ia memang sakit, ginjalnya bermasalah. Kadang harus dituntun saat berjalan.

Tak ada kata pada pertemuan itu, hanya isak tangis dan pelukan.

Anggaplah menyelesaikan study dari Genesa Academy Flight adalah satu babak. Babak berikutnya, bekerja.

Roy sudah mengajukan lamaran ke beberapa maskapai. Tapi Roy mengungkap, perusahaan maskapai biasanya mau yang instan. Mereka prioritas ke pilot dengan jam terbang tinggi. Tapi ia yakin, di setiap usaha selalu ada jalan.

"Mungkin perlu perhatian perusahaan maskapai harus prioritas ke anak-anak daerah. Supaya anak-anak ini juga jadi kebanggan daerah dan Papua," kata Innah.

Lagian, janji kalimat Roy ketika usia tiga tahun belum lagi tunai, membawa mamanya keliling dunia. (Burhan)




Bagikan :