Mimika Punya Banyak Potensi Wisata?
Rabu, 25 November 2020 - 02:53 WIT - Papua60Detik

Papua60detik - Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disporapar) Kabupaten Mimika menggelar kegiatan konsultasi publik Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda), Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan di Hotel Horison Ultima, Selasa (24/11/2020).
Firdaus selaku tenaga ahli, mengatakan, berdasarkan identifikasi, Mimika memiliki 28 potensi wisata tersebar di 18 distrik.
Adapun 16 wisata yang dinilai memiliki potensi wisata alam di antaranya Pulau Yapero, Bidadari, Pulau Puriri, Pantai Ipaya, Pulau Kawar, Mikapi, Pantai Kekwa, Air Terjun Urumuka, Kali Kiura, Iwaka, Mayon, Pantai Kampus Biru, Taman Nasional Lorentz, Puncak Cartenz, Mangrove di Poumako dan Kekwa.
"Jika dilihat ke depan, investasi diharapkan di sektor pariwisata dapat berkembang, sehingga kontribusi ekonomi tidak hanya berasal dari sektor tambang," ujarnya.
Kendati demikian, yang menjadi prioritas menurut timnya yakni ekowisata manggrove di Pomako, ekowisata Kekwa di pantai Kekwa,Taman Nasional Lorentz dan Pantai Kawar di Amar, serta Puncak Cartens.
"Taman Nasional Lorentz dan Cartenz akan menjadi tujuan traveling yang menarik," ungkapnya.
Adapun potensi wisata budaya yang bisa ditemukan di Mimika yakni Kampung Kekwa, Festival Kamoro Kakuru, Tugu Eme Neme, Kota Tua Kokonao, dan Taman Mapurupuwau.
Menurutnya ada tigal hal yang perlu mendapat perhatian serius untuk membangun dan mendukung kepariwisataan yakni kesenjangan sosial masyarakat, konektivitas berkaitan dengan trasnportasi juga situasi keamanan.
Sementara itu, Assisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Setda Mimika, Syahrial mengatakan, paradigma pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada aspek ekonomis sudah harus ditinggalkan. Perlu diganti dengan paradigma baru pembangunan kepariwisataan yang berbasis pada keserasian antara manfaat ekonomi dengan keseimbangan lingkungan, sosial dan budaya.
“Kita harus memandang pariwisata ini dengan pandangan baru yakni salah satu sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi tetapi dengan tidak mengorbankan aspek lingkungan yang bersifat eksploitatif," katanya. (Fachruddin Aji)