Cerita ini bermula pada bulan Mei 2021, Awal bermula dari Squad yang bernama Karaka yang terdiri dari 21 orang, 19 laki-laki dan dua perempuan.
Kami memutuskan mengisi liburan ke pantai Amar di pesisir Barat Mimika
Drama perjalanan kami bermula dari prediksi cuaca yang salah. Perjalanan yang seharusnya cuma 3 jam melalui laut lepas akhirnya jadi 3 hari 2 malam lewat sungai. Keputusan lewat laut kerena cuaca buruk serta gelombang tinggi.
Singkat cerita kami memulai perjalanan lewat sungai. Karena hari sudah mulai gelap kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda dan bermalam di pinggir sungai.
Menurut beberapa rekan yang berjaga pada malam tersebut, tenda kami sempat didatangi seekor buaya, beruntung bisa diusir.
Keesokan paginya kami bersiap melanjutkan perjalanan, Awan hitam tampak di langit sepertinya akan hujan pagi itu.
Setelah perlengkapan dinaikkan ke perahu, kami bergegas berangkat. Dan benar, hujan mulai turun, perahu yang kami tumpangi tidak memiliki tempat berteduh. Hujan makin deras, perahu mulai terisi air. Kami sigap, menimba air keluar perahu menggunakan gelas.
Hujan terus menguyur dan menemani di sepanjang perjalanan. Pakaian kami basah dan tidak sempat berganti.
Sudah pukul 11.00 WIT namun hujan tak kunjung berhenti. Kami singgah di pantai mendirikan tenda dan mengisi perut.
Kami melanjutkan perjalanan. Nasib sial lagi-lagi datang. Di tengah perjalanan air surut. Perahu yang kami tumpangi tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Akhirnya kami memutuskan untuk sama-sama mendorong perahu, kurang lebih 4 kilometer jauhnya. Berhasil, kami melanjutkan perjalanan.
Hari mulai gelap hujan tak kunjung berhenti sejak dari pagi. Kami kembali mendirikan tenda bermalam di pinggir sungai.
Esok paginya, kami melanjutkan perjalanan. Kami akhirnya tiba di pantai Amar saat senja.
Penulis: Faris Rodolfo Nes