Menjelajahi Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Asyaman dalam Dinamika Pengambilan Keputusan
Senin, 14 April 2025 - 21:43 WIT Papua60Detik

Oleh: Artika Mia Syahbuddin - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Kepala desa berperan sangat penting dalam proses penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala desa akan menjadi arah pembangunan bagi desa tersebut. Sebagai seorang pemimpin, kepala desa memiliki tanggung jawab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang akan menjadi acuan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di desa, sehingga kepala desa tidak hanya berperan sebagai pemimpin administratif tapi juga pemimpin yang harus mampu mengemudikan dinamika sosial, ekonomi, dan politik dalam proses pengambilan keputusan. Dalam kondisi seperti ini, gaya kepemimpinan oleh kepala desa menjadi kunci untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat desa secara keseluruhan dan berkelanjutan.
Salah satu contoh kepemimpinan yang mencerminkan dinamika tersebut adalah Desa Asyaman, sebuah desa yang berada di Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, saat berada dalam kepemimpinan Mustaga, S.Ag.
Sebagai seorang Kepala Desa Asyaman, dia menjalankan perannya tidak hanya sebagai pemimpin administratif, tetapi juga sebagai wadah seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Mustaga, yang menjabat sebagai kepala desa sejak 2019 hingga 2021 sebagai pengganti antara waktu dan lanjut pada periode 2021 – 2027 namun kemudian PLT di tahun 2025, menyampaikan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan pengambilan keputusan selalu mengutamakan musyawarah.
Setiap keputusan yang akan dijalankan hampir semua dihasilkan dari forum musyawarah dengan masyarakat. Kepala desa memberikan ruang kepada masyarakat untuk menyampaikan pendapat, kritik, hingga menawarkan solusi. Dalam musyawarah tersebut, Mustaga sebagai seorang pemimpin meminta pandangan para tokoh masyarakat terkait kondisi dan kebutuhan masyarakat desa saat itu, sehingga pandangan tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan bersama.
Meskipun ada beberapa kondisi yang mengharuskan Mustagaselaku kepala desa membuat keputusan sendiri, dia namun tetap mempertimbangkan berbagai saran yang telah disampaikan masyarakat dan menjadikan kebutuhan masyarakat sebagai prioritas utama sehingga keputusan yang diambil tetap berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
Dalam proses pengambilan keputusan, tentunya banyak konflik yang terjadi baik pada masyarakat maupun aparatur pemerintahan desa, sehingga perlu dilakukan berbagai pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam kondisi di mana masyarakat memberikan kritik terhadap kebijakan yang diambil, maka Mustaga akan melakukan komunikasi secara personal dan memberikan pemahaman serta mendengarkan kebutuhannya.
Hal tersebut juga dia lakukan apabila terjadi perbedaan pendapat antara sesama aparatur desa, yaitu membuka forum musyawarah untuk mendengarkan kedua belah pihak dan mencari solusi yang dapat diterima oleh seluruh pihak.
Mustaga adalah seorang yang mampu memberikan contoh baik kepada aparatur pemerintahan desa sehingga muncul motivasi untuk bekerja lebih baik. Hal ini disampaikan oleh kaur pemerintahan saat itu yang menyebutkan beliau rela menggunakan uang pribadi untuk kebutuhan masyarakat, kemudian tidak pernah mengambil gajinya selama menjabat. Gaji tersebut kemudian beliau alihkan untuk membeli bibit tanaman yang akan dibagikan kepada masyarakat Desa Asyaman.
Kepemimpinan Mustaga menggambarkan karakteristik gaya kepemimpinan transformasional, di mana beliau mampu menginspirasi, memotivasi, dan membawa aparatur pemerintahan desa untuk bekerja dengan baik yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat desa. Dalam konteks Desa Asyaman, kepala desa melakukan pendekatan partisipatif melalui musyawarah sehingga mampu menempatkan seseorang sesuai dengan kapasitasnya.
Tindakan Mustaga yang rela tidak mengambil gajinya demi kepentingan masyarakat desa menunjukkan bahwa dia memiliki kemampuan untuk menjadi contoh. Dia menjadi figur teladan yang mampu membangun rasa semangat bagi para aparatur desa untuk bekerja dengan baik sehingga berdampak pada tingginya kepercayaan masyarakat. Kepemimpinannya tidak hanya didasari oleh kekuasaan formal sebagai seorang kepala desa, namun juga diisi oleh integritas dan keteladanan moral yang membuatnya dihormati dan disegani.
Strategi komunikasi secara personal yang dilakukan dalam menghadapi berbagai kritik atas kebijakan yang diambil serta musyawarah terbuka dalam menangani konflik baik di dalam masyarakat maupun internal aparatur pemerintahan menunjukkan bahwa dia adalah seorang inspirationalmotivation, yaitu kemampuannya sebagai seorang pemimpin dalam menyatukan kembali berbagai pandangan dan mendorong berbagai pihak untuk memiliki tujuan yang sama dalam pembangunan desa. Gaya kepemimpinan transformasional pada tingkat desa dibuktikan mampu menjadi sarana yang berdampak besar dalam proses pengambilan keputusan.