13 Peserta Beasiswa YPMAK Dididik jadi Calon Imam Katolik

- Papua60Detik

Peserta beasiswa, pembina serta Tim Monev YPMAK foto bersama di SMA Seminari St Fransiskus Xaverius, Kakaskasen, kota Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu (2/7/2025). Foto: Humas YPMAK
Peserta beasiswa, pembina serta Tim Monev YPMAK foto bersama di SMA Seminari St Fransiskus Xaverius, Kakaskasen, kota Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu (2/7/2025). Foto: Humas YPMAK

Papua60Detik-Sebanyak 13 orang putra asli suku  Amungme dan suku Kamoro, peserta program beasiswa Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) dipersiapkan menjadi calon imam Katolik.

Persiapan ini diwujudkan dengan dikirimnya 13 anak, secara reguler sejak 2022 sebagai peserta program beasiswa YPMAK, untuk menjalani studi di Seminari Menengah Santo Fransiskus Xaverius Kakaskasen, kota Tomohon, Sulawesi Utara. Kerjasama ini berlangsung sejak 2022 lalu sampai sekarang.

Para peserta beasiswa YPMAK sebagai organisasi pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia, akan menempuh pendidikan selama empat tahun. Tiga tahun setara tingkat SMA dan satu tahun pembekalan atau persiapan ke tingkat lanjutan atau kelas persiapan atas.

Adapun 13 orang ini telah menjalani studi di seminari, terhitung mulai angkatan tahun 2022, 2023, dan 2024.

Rektor SMA Seminari Menengah Santo Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Pastor Albertus Imbar mengatakan, SMA Seminari ini untuk mendidik calon imam. Namun kalau kedepan ada pilihan lain dari anak-anak ini untuk melanjutkan ke sekolah luar, maka itu tidak masalah.

"Awalnya yang kami terima 26 orang, tapi tiga orang keluar karena masalah kesehatan atau ketidakmampuan. Sehingga mereka melanjutkan ke sekolah lain," kata Pastor Albertus saat pertemuan dengan Ketua Pengurus dan tim monev YPMAK di SMA Seminari St Fransiskus Xaverius, Kakaskasen, kota Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu (2 /7/2025).

Selama mengikuti pendidikan di seminari, calon-calon imam ini dididik dan dikembangkan menjadi kepribadian yang unggul dan memiliki daya juang tinggi. Ini bertujuan agar mereka menjadi imam yang saleh dan kudus. Serta diberikan pelajaran tentang bahasa latin, Inggris, Jepang, dan Indonesia.

"Kami bangga, ada calon-calon imam dari peserta beasiswa YPMAK. Karena dari Mimika ada yang mau menjadi imam Katolik," ucapnya.

Pastor Albertus juga menambahkan, di seminari yang dipimpinnya ini memberlakukan dua kurikulum, yakni kurikulum merdeka yang merupakan ketentuan dari pemerintah (untuk tingkat SMA) dan kurikulum khusus seminari untuk memahami tugas-tugas pastoral serta bagaimana melayani umat, termasu kehidupan dalam berkomunitas.

"Kami tak memaksakan, apabila setelah lulus dari seminari, kalau mereka terpanggil menjadi imam, itu merupakan panggilan dari Allah. Tapi kalau tidak, maka itu jalan hidupnya. Namun mereka sudah memiliki bekal untuk kehidupan yang lebih baik," papar Pastor Albertus. (Joe Situmorang)




Bagikan :