Cerita Yakobus Pani, Petani Padi dari SP7 Mimika

- Papua60Detik

Yakobus Pani menunjukkan padi di sawah yang digarapnya. Foto: Eka/ Papua60detik
Yakobus Pani menunjukkan padi di sawah yang digarapnya. Foto: Eka/ Papua60detik

Papua60detik - Yakobus Pani warga Kampung Mulia Kencana (SP) Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika mulai bertani sekitar 12 tahun. Di SP7, dia memulai 2012 dengan menggarap beberapa petak sawah. 

Ia sempat berhenti, lalu memulai lagi pada November 2024 dengan menanam padi di tujuh petak sawah. Alasannya sederhana, ada program pemerintah.

"Memang di sini dulunya sudah dibuka untuk lahan pertanian, 2010 dibuka ini bongkar pertama setelah itu berhenti lama dan baru dibuka lagi tahun kemarin karena adanya program untuk persawahan makanya kami bentuk lagi kelompok," ujar Yakobus yang merupakan anggota kelompok tani Mandiri Mulia Kampung Mulia Kencana Iwaka saat ditemui wartawan di lokasi, Selasa (28/1/2025). 

Kali pertama bertani, ia bisa panen tiga kali setahun. Jika hasilnya bagus bisa dapat padi hingga tiga ton. 

"Karena biasanya juga hasilnya tidak menentu, jadi ada kala naik ada kala menurun. Hasilnya ya untuk konsumsi sendiri, sebagian juga ada yang dijual, kalau ada yang tanya ya jual kalau tidak ya makan sendiri," katanya. 

Saat ini yang dia garap hanya tujuh petak sawah karena masih dalam tahap uji coba. Sekitar dua pekan lagi sudah bisa panen. 

"Tanam dari bulan 11 kemarin, jadi ini mungkin sekitar dua minggu lagi sudah bisa panen. Ada jenis padi lain, tapi ini kami uji coba yang jenis Impari 32, karena ada yang bisa bertahan ada juga bibit  yang tidak tahan penyakit," jelasnya. 

Ia mengatakan pada Februari mendatang kelompok tani Mandiri Mulia akan melaksanakan tanam padi serentak dengan luas lahan 16 hektare. Nanti hasilnya akan dibeli pemerintah. 

"Kalau program ini hasilnya nanti diminta (beli) oleh dinas dan dinas juga kasih kembali lagi ke petani berupa bantuan pupuk, bibit dan alat pertanian," katanya.

Dari 16 Hektare lahan itu masing-masing anggota kelompok taninya menggarap satu hektare. 

"Untuk perairan melimpah karena ada irigasinya dan dibantu dengan alkon juga jadi memang untuk air kami cukup," paparnya. 

Sementara untuk pupuk, dia mengaku ada kendala. Jika stok pupuk subsidi dari pemerintah kosong, maka harus beli sendiri toko dengan harga normal. Bahkan tak jarang, stok pupuk kosong.

"Karena untuk beri pupuk mulai dari tanam sampai panen itu bisa 3 sampai 4 kali. Tergantung tanamannya. Biasanya kalau tidak ada stok, ya kami beli di toko, kalau tidak begitu ya padi rusak, gagal panen. Kalau hanya bantuan dari pemerintah ya tidak cukup. Karena dulu juga pernah gagal panen, padi merah semua, karena hama," pungkasnya. (Eka)




Bagikan :