Menikmati Jajanan Sagu Saat PON di Timika

- Papua60Detik

Jajanan sagu diserbu para pembeli di kompleks venue futsal PON di Timika, Jumat (24/9/2021). Foto: Anti Patabang/Papua60detik
Jajanan sagu diserbu para pembeli di kompleks venue futsal PON di Timika, Jumat (24/9/2021). Foto: Anti Patabang/Papua60detik

Papua60detik - Menjadi salah satu tuan rumah PON yang berlangsung setiap 4 tahun di Indonesia membuka kesempatan bagi warga Mimika mengenalkan hasil kerajinan tangan dan bahan pangan lokal kepada tamu dan undangan yang datang. 

Terlihat di halaman venue futsal ada stand khusus untuk memasarkan hasil tangan seperti noken, hasil ukiran dan olahan berbagai makanan ringan.

Uniknya, hampir semua olahan makanan ringan itu menggunakan sagu sebagai bahan baku utama. 

Sri Lestari salah satu pembuat keripik tempe dari sagu mengatakan sengaja menggunakan sagu karena bahannya meliplmpah di Papua. Tentu sayang jika tidak dimanfaatkan.

Ia menjelaskan proses pengolahan hampir sama dengan kripik tempe pada umumnya. Sama-sama memakan waktu 2 hari.

Namun kualitas keripik tempe sagu ini berbeda dibanding keripik tempe pada umumnya. Sagu bikin rasanya lebih gurih dan renyah.

“Yang bikin renyah itu justru dari sagu dan juga gurihnya itu dari sagu,” kata Sri Lestari.

Keripik sagu ini tersedia dalam dua jenis, putih dan merah. Harga yang ditawarkan pun berbeda-beda mulai Rp20 ribu sampai Rp50 ribu, tergantung ukurannya.

Selain keripik ada juga es krim sagu. Pengolahan es krim ini dimulai dengan membuat adonan utamanya, membuat tepung sagu menjadi papeda. Setelah didinginkan baru diolah menggunakan bahan tambahan es krim pada umumnya seperti susu, santan dan gula.

“Jadi papeda ini kita mixer sampai halus dan campur semua dengan bahan lainnya, kemudian kita masukkan dalam freezer,” jelas Koordinator pembuat es krim sagu Embun Pagi, Tince Kocu.

Soal rasa, es krim sagu tidak kalah dengan es krim lainnya. Pewarna yang digunakan pun adalah pewarna alami dari buah naga.

Untuk harga juga sangat terjangkau yakni Rp10 ribu.

Selain es krim, Tince bersama kelompoknya juga membuat puding dan cake. Bahan bakunya sagu, keladi dan petatas.

“Kenapa kami membuat yang semuanya berbahan dasar hasil tani masyarakat Papua? Karena kami mau membudayakan dan memperkenalkan Papua kepada semua yang datang,” tutupnya. (Anti Patabang)




Bagikan :