Pesparani Katolik Pertama Papua Selatan Resmi Dibuka

- Papua60Detik

Pembukaan Pesparani I Papua Selatan ditandai dengan penabuhan tifa. Foto : Jamal/ Papua60detik
Pembukaan Pesparani I Papua Selatan ditandai dengan penabuhan tifa. Foto : Jamal/ Papua60detik

Papua60detik - Suasana sukacita dan syukur memenuhi Gereja Katolik St Yoseph Bambu Pemali, Merauke, saat Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) I Provinsi Papua Selatan resmi dibuka oleh Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo, Minggu (5/10/2025).

Kegiatan rohani berskala provinsi ini menjadi tonggak sejarah bagi umat Katolik di Tanah Papua Selatan, dengan mengusung tema “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan” (Mzm 150:6). Sebuah ajakan untuk memuliakan Tuhan melalui nyanyian, musik, dan kebersamaan iman.

Dalam sambutan pembukaannya, Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo mengajak seluruh umat menjadikan Pesparani sebagai sarana pujian yang tulus dari hati.

“Puji-pujian memiliki kuasa besar. Tuhan bertahta di atas puji-pujian umat-Nya. Kalau kita menyanyi dengan hati, sama dengan kita berdoa dua kali,” ucap Gubernur.

Ia menegaskan, Pesparani bukan sekadar kompetisi, melainkan pesta iman yang harus dirayakan dalam suasana kekeluargaan, kegembiraan, dan persaudaraan sejati.

Gubernur juga mengingatkan peserta untuk menjaga sportivitas, semangat pelayanan, dan menjadikan ajang ini sebagai wadah pembinaan iman generasi muda Katolik di Papua Selatan.

Kegiatan pembukaan ditutup dengan doa bersama dan persembahan lagu rohani, diikuti ratusan umat yang memenuhi Gereja St Yoseph Bambu Pemali.

Suasana syukur dan kebersamaan mengiringi dimulainya Pesparani Katolik pertama di Papua Selatan, yang akan berlangsung hingga 8 Oktober 2025.

Pesparani ini menjadi langkah awal bagi Papua Selatan dalam menumbuhkan kehidupan rohani umat Katolik melalui seni liturgi, serta mempererat persaudaraan lintas kabupaten di tanah Marind.

Ketua Panitia Joko Guritno melaporkan, Pesparani pertama ini diikuti 420 peserta dari empat kabupaten, Merauke, Asmat, Mappi, dan Boven Digoel.

Perlombaan mulai dilaksanakan pada 5–8 Oktober 2025 di tiga lokasi, yakni Rumah Bina, Seminari Pastor Bonus, dan Auditorium Kantor Bupati Merauke.

Terdapat 14 kategori lomba, di antaranya Cerdas Cermat Rohani Anak dan Remaja, Bertutur Kitab Suci, Menyanyikan Mazmur Anak–Dewasa, Paduan Suara Gregorian, Paduan Suara Etnik, dan Paduan Suara Dewasa Campuran.

“Tujuan utama Pesparani bukan sekadar perlombaan, tetapi menjadi sarana memperkuat iman Katolik melalui seni suara dan liturgi, serta menumbuhkan semangat persaudaraan antarumat di seluruh kabupaten,” ujar Joko Guritno.

Ia menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Papua Selatan, Pemerintah Kabupaten Merauke, para pastor, suster, bruder, dan seluruh umat Katolik atas dukungan dan partisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan ini.

Bupati Merauke Yoseph Bladib Gebze yang juga menjabat sebagai Ketua LP3KD Papua Selatan, menyampaikan selamat datang kepada seluruh kontingen dari empat kabupaten.

“Pesparani ini adalah momentum bersejarah bagi umat Katolik Papua Selatan. Tidak hanya sebagai ajang seni suara, tetapi juga sarana pembinaan iman dan kasih dalam Gereja,” ujar Bupati Gebze.

Ia mengajak seluruh umat untuk menjadikan Pesparani sebagai wadah mempererat persaudaraan, memperkokoh iman, dan menghadirkan kasih Kristus di tengah masyarakat Papua Selatan.

Dalam arahannya, Uskup Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi menegaskan bahwa Pesparani memiliki makna spiritual yang mendalam dalam kehidupan liturgi Gereja Katolik.

“Umat tanpa doa bukan umat Katolik. Paduan suara membantu orang berdoa. Membaca Mazmur dan Kitab Suci juga membantu orang berdoa,”  tegas Uskup Mandagi.

Ia menambahkan, Pesparani hanya bermakna bila melahirkan umat yang semakin tekun berdoa.

“Kalau Pesparani ini tidak menghasilkan manusia-manusia liturgis atau pendoa, maka omong kosong Pesparani ini,” katanya disambut tepuk tangan umat. (Jamal)




Bagikan :