Tak Tahan Perlakuan ABK, Siswa PKL SMK Temon Kabur dari Kapal
Jumat, 10 Januari 2020 - 19:22 WIT - Papua60Detik

Papua60detik - Mengaku tak lagi tahan perlakuan ABK kapal, 15 siswa dari SMK Negeri 1 Temon Kulon Progo kabur dari kapal tempat mereka seharusnya Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Siswa kelas XI itu PKL pada dua kapal, KM Vero Ardhana 03 dan KM Rapindo Jaya 01.
Mereka tak menyia-nyiakan kesempatan saat kedua kapal itu berlabuh di dermaga PPI Pomako pada Selasa (07/01/2020). 11 siswa kabur ke Kota Timika, disusul empat orang lainnya. Sementara seorang lagi memilih bertahan di atas kapal.
Ke-15 siswa yang memutuskan kabur itu sementara ditampung oleh Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) di Mimika di sekretariatnya.
Seorang siswa, Galuh Dwi Nugroho bercerita, ia dan teman-temannya kabur karena tak lagi tahan atas perlakuan ABK kapal. Menurutnya, aktifitas di kapal meleset jauh dari materi atau pembelajaran PKL saat belajar di dalam kelas.
"Kami hanya ada dua jurusan, nautica dan technica, itu jauh dari kegiatan PKL di kapal. Kami tidak belajar tapi bekerja," ceritanya.
Soal perlakauan yang teman-temannya dapatkan, Ia mengungkap, temannya, Yusuf Marianto pernah diancam ganco di bagian lehernya di KM Vero Ardhana 03.
"Itu hanya karena persoalan sepele dan teman ini tidak sengaja," ungkapnya.
Sementara di KM Rapindo Jaya 01, ceritanya, seorang temannya, Aji Banar Sulendro dipaksa makan sambal hanya karena mengambil secuil sambal buatan ABK.
Belum lagi, mereka dibiarkan tidur di atas kapal hanya beratap terpal.
Meski PKL harusnya berakhir pada kisaran April 2020, mereka tak lagi mau kembali PKL jika pilihannya adalah kembali ke dua kapal tersebut.
"Kami inginnya pulang karena orangtua kami sudah minta kami pulang," tegas Aji Banar Sulendro.
Ketua KKJB Mimika, Imam Parjono dengan tegas mengecam perlakuan yang menurutnya tak manusiawi terhadap belasan siswa itu.
Soal langkah selanjutnya, Parjono tetap mendahulukan proses mediasi. Tapi tak menutup kemungkinan ia akan melaporkan kasus tersebut ke polisi jika pihak kapal atau perusahaan tidak menunjukkan itikad baik.
"Anak-anak ini sudah tidak mau lagi naik kapal, kami sudah membujuk, mereka tidak sanggup," kata Parjono.
Koordinator Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan PSDKP Pomako, Hariyadi yang mengetahui kejadian itu telah melakukan penelusuran.
Entah kenapa, ia terkesan jengkel dengan keputusan kabur ke-15 siswa tersebut. Hariyadi mengaku telah melapor ke pihak SMK Negeri 1 Temon Kulon Progo.
Pihak Polres Mimika sendiri sudah mengetahui kasus ini. Kasat Reskrim, AKP M Burhanudin Yusuf Hanafi yang datang langsung melihat kondisi belasan siswa itu.
"Kami ingin tahu kronologis selengakapnya, dokumen dan ketrangan dari mereka belum ada. Kalau buat laporan polisi, kami siap," katanya. (Burhan)