Talk Show 'Akibat Baku Bawa': TIDAR dan CPP Edukasi Anak Muda
Selasa, 22 April 2025 - 16:58 WIT - Papua60Detik

Papua60detik – Peringati Hari Kartini, organisasi Tunas Indonesia Raya (TIDAR) bersama Cendekiawan Perempuan Papua (CPP) menggelar talk show bertema ‘Kartini Day: Akibat Dari Baku Bawa’ di Diana Mall, Kabupaten Mimika, Senin (21/4/2025).
Kegiatan ini menjadi ruang edukasi dan refleksi bagi siswa-siswi di Mimika memahami lebih dalam perjuangan RA Kartini, khususnya terkait kesetaraan gender dan akses pendidikan yang masih menjadi tantangan hingga kini.
Anggota DPRK Mimika, Elinus B Mom, mengatakan figur perempuan Papua harus aktif mengadvokasi terutama dalam hal pemberdayaan dan pendidikan perempuan.
Ia menekankan bahwa semangat Kartini harus diwujudkan dalam bentuk nyata oleh generasi muda.
“Semangat Kartini bukan hanya tentang emansipasi, tapi juga tentang bagaimana kita sebagai perempuan dan generasi muda mampu menjadi agen perubahan,” ujar Elinus.
Tema “Akibat Dari Baku Bawa” dipilih sebagai ajakan untuk generasi muda memahami setiap tindakan membawa dampak. Baik buruknya tergantung pada pilihan.
“Kami ingin siswa-siswi tidak hanya mengenang Kartini, tetapi juga meneladani keberaniannya untuk berpikir kritis dan bertindak solutif,” tambah Elinus.
Acara ini mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Yayasan Kemudi Papua, Diana Mall, Mars Tethique, HIPMI Timika, dan Kuala Oriental, yang menunjukkan kepedulian kolektif dalam mendukung literasi dan penguatan nilai sosial di kalangan generasi muda Mimika. Isu penting lainnya turut diangkat dalam talk show ini.
de Leonard Pardede, hadir sebagai narasumber menyampaikan pentingnya edukasi seks bagi remaja sebagai langkah preventif terhadap seks bebas yang kian marak.
“Pengetahuan seks sejak dini bagi anak remaja itu sangat penting. Anak remaja sebaiknya lebih berhati-hati saat berpacaran. Sebab saat melakukan hubungan seksual, yang akan dirugikan pastinya anak perempuan,” jelas dr Leonard.
Ia mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa 60 persen remaja usia 16 sampai 17 tahun telah melakukan hubungan seksual. Sebuah fakta yang mendorong pentingnya keterlibatan aktif semua pihak dalam memberikan edukasi.
Sementara itu, aktivis perempuan Mimika, Dina Waramori, turut menyoroti persoalan pernikahan dini yang masih sering terjadi akibat kurangnya informasi dan pemahaman di kalangan remaja.
“Pernikahan dini ini biasanya dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan seseorang. Sehingga anak remaja saat ini harus lebih berhati-hati dan fokus dalam mencapai cita-citanya,” tegas Dina.
Acara berlangsung meriah dan sarat muatan edukatif, mulai dari diskusi interaktif, simulasi, hingga pembagian materi literasi. Kegiatan ini bukan hanya seremonial, tetapi diharapkan menjadi pemicu bagi gerakan sosial yang lebih luas di Mimika.
“Ini adalah bentuk investasi kami untuk masa depan Mimika. Generasi muda yang teredukasi akan menjadi pondasi kemajuan daerah. Mari terus kobarkan semangat Kartini: maju, berkarya, dan jadilah pelopor perubahan,” tutupnya. (Faris)