25 Tahun Kiprah, Yayasan Maramowe Dapat Penghargaan dari Kemendikbud
Senin, 24 Januari 2022 - 16:18 WIT Anti Patabang/ Dicy H Elwuar - Papua60Detik
Papua60detik - Setelah 25 tahun berkiprah melestarikan budaya masyarakat Kamoro, Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe yang didirikan Kal Muller akhirnya mendapatkan penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2021 kategori pelestari dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia.
Penyerahan piagam penghargaan yang seyogyanya dilakukan di tahun 2021 itu diberikan langsung oleh perwakilan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbud, Siswanto kepada Pemda Mimika yang diwakili Asisten I, Yulianus Sasarari dan meneruskannya kepada salah satu pendiri Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk Intarti, Senin (24/1/2022) di Rimba Papua Hotel.
Selain piagam, Kemendikbud juga memberikan dana apresiasi senilai Rp50 juta.
Siswanto mengaku bangga atas pencapaian yayasan yang kini menampung karya dari 500 seniman Kamoro ini.
Menurutnya kehadiran yayasan ini sangat membantu pemerintah melestarikan kebudayaan Indonesia.
“Bersyukur sekali ada yayasan yang mengembangkan kebudayaan Indonesia. Kami pemerintah pusat mengapresiasi usaha dari teman-teman yayasan, kerja kerasnya luar biasa,” ungkapnya.
Ia juga mengapresiasi PT Freeport dan Pemda Mimika yang ikut membantu dan terus mendukung yayasan ini.
“Saya bangga sekali karena PTFI ikut bekerja sama. Kita berharap masyarakat Mimika bisa melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai kebudayaan,” harapnya.
Dukungan PTFI dalam memajukan Yayasan Maramowe ini bukan baru sekarang. PTFI mendukung sejak Kal Muller menggelar Pesta Budaya Kamoro atau Kamoro Kakuru yang menjadi sarana promosi budaya ini pada tahun 1996.
PTFI terus memberikan dukungan baik dana dan berbagai fasilitas yang memungkinkan program kerja Yayasan Maramowe berjalan.
Manager Institutional Relations PTFI, Ricardo Komul mengatakan dukungan yang diberikan kepada Yayasan Maramowe adalah bentuk komitmen PTFI untuk pengembangan budaya-budaya lokal di mana perusahaan beroperasi dan tetap menyesuaikannya dengan standar praktik pertambangan internasional.
“Jadi ada beberapa standar praktik pertambangan internasional yang sekarang global yang mana perusahaan-perusahaan pertambangan yang ada di dalam kelompok mengikuti standar tersebut harus melakukan kegiatan pelestarian-pelestarian budaya di mana perusahaan itu beroperasi,” tuturnya.
Salah satu pendiri Yayasan Maramowe, Luluk Intarti bersyukur karena apa yang mereka harapkan bisa tercapai. Ia mengatakan pencapaian ini akan dijadikan motivasi untuk terus berkarya dan semakin semangat memperkenalkan hasil kebudayaan Kamoro kepada dunia.
“Ini adalah salah satu harapan kami. Kami bersyukur sekali. Dan terima kasih PT Freeport Indonesia yang selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada kami, dan juga kepada Pemda Mimika,” tuturnya. (Anti Patabang/ Dicy H Elwuar)