Menjajal Ketinggian Tembagapura Dengan Kereta Gantung PT Freeport

- Papua60Detik

Kereta gantung milik PT Freeport Indonesia. Foto: Fachruddin Aji/Papua60detik
Kereta gantung milik PT Freeport Indonesia. Foto: Fachruddin Aji/Papua60detik

Papua60detik - Menambang di ketinggian sekitar 4285 meter di atas permukaan laut (mdpl) membuat PT Freeport Indonesia (PTFI) memerlukan angkutan pendukung, salah satunya adalah kereta gantung.

Tim media yang diundang oleh PTFI berkesempatan mencoba dua angkutan gantung tersebut menuju terminal Gunung Bijih Timur, Senin (16/8/2021) sebelum melanjutkan perjalanan dengan bus ke Grasberg.

Grasberg merupakan salah satu tambang terbuka (open pit) terbesar yang dimiliki oleh PTFI, sekaligus yang tertinggi karena terletak disekitar 4000 mdpl. Akhir 2019 tambang terbuka tersebut ditutup, PTFI beralih ke tambang bawah tanah.

Perjalanan kami dimulai pada Terminal Mile 74 yang terletak sekitar 2.836 mdpl. Menuju terminal pun kami harus menempuh perjalanan sekitar 50 menit ditambah lika liku khas jalan pegunungan.

Superintendent Train Maintenance PTFI., Arisandi Saputra mengatakan kereta gantung berwarna biru dengan tulisan khas 'PT Freeport Indonesia' di bagian pintu tersebut dibuat tahun 1976 dengan kapasitas maksimum 14,5 Ton.

"Kereta gantung kami (PTFI) ada dua train satu dan dua, kereta gantung kedua dibuat pada 1989, fungsinya mengangkut penumpang dari tambang GBT, dan sebaliknya. Kapasitasnya 8 ton, mulai operasi tahun 1990. Sementara yang kereta pertama itu mengangkut material dan penumpang," katanya.

Kereta gantung pertama dan kedua yang kami tumpangi buatan Swiss. Setiap tahun  selalu dilakukan pengecekan. Selain itu, setiap minggu PTFI selalu melakukan cek rutin lintasan.

"Untuk maintenancenya setiap tahun vendornya akan datang untuk memastikan sistem keselamatan kereta gantung ini. Vendor akan melakukan verifikasi memastikan keamanan dan layak operasi. Kemudian dari pemerintah juga ada izin operasionalnya," paparnya.

Hujan pun, kereta ini tetap beroperasi. Namun demi keselamatan, kereta gantung tak dapat beroperasi ketika kecepatan angin mencapai 12 m/s.

Dua kereta gantung buatan Swiss ini bergerak menggunakan energi listrik. PTFI menyiapkan tenaga cadangan mengantispasi jika terjadi pemadaman.

"Kita ada dua sistem cadangan jika blackout (pemadaman) yakni dengan menggunakan generator bantu dan kereta penyelamat. Opsi kedua itu kami gunakan jika opsi pertama tidak bisa dilakukan atau terjadi macet, maka kami akan menjemput karyawan dengan kereta penyelamat tadi," jelasnya.

Kereta gantung ini dioperasikan minimal dua orang. Di dalamnya ada radio komunikasi yang tersambung ke operator jadi bila terjadi keadaan darurat.

Jarak panjang lintasan yang kami tempuh kurang 1,6 km sementara kecepatan kereta gantung pertama dan kedua maksimum 7.5 dan 9 meter perdetik.

Di dalam kereta gantung ini tidak disediakan tempat duduk, kami hanya berpegangan pada tali gantungan seperti layaknya di bus kota. Kapasitas maksimal kereta gantung yang kami naiki sebanyak 100 orang.

Kami pun naik dengan perlahan, cuaca yang cerah membuat kawasan tambang terlihat begitu jelas dari ketinggian. Terutama bundaran penampungan air konsentrat di terminal 74 yang sering karyawan PTFI sebut sebagai "Bundaran HI" nya Tembagapura.

Tak terasa pemandangan mulai mengecil dan memudar karena awan yang mulai menutupinya. Kini pemandangan di sekitar kami hanya kabut dan awan tebal.

Tak terasa sekitar 20 menit bergelantungan akhirnya tiba di terminal GBT. Kami melanjutkan perjalan ke tambang terbuka Grasberg. (Fachruddin Aji)




Bagikan :