Penjual Bendera Merah Putih Akui Ada yang Tanya Bendera One Piece

- Papua60Detik

Ilustrasi Bendera Jolly Roger serial anime One Piece
Ilustrasi Bendera Jolly Roger serial anime One Piece

Papua60detik - Momen Agustusan 2025 di banyak daerah diwarnai dengan pengibaran bendera tengkorak dengan tulang silang dan topi jerami berlatar hitam atau yang biasa disebut bendera Jolly Roger pada serial anime One Piece. 

Di Timika sendiri nampak orang tak begitu peduli terhadap viralnya pengibaran bendera bajak laut yang dianggap sebagai simbol kritik atau protes terhadap ketidakadilan di repubik ini. 

Penjual Bendera merah putih dan umbul-umbul di Jalan Cenderawasih Deni Saiful Anwar mengaku sejak ia berjualan pada 23 Juli 2025 sudah ada sekitar tiga orang menanyakan bendera Jolly Roger atau One Piece tersebut. 

"Ada sekitar tiga orang yang menanyakan bendera one piece, teman saya juga ditanya soal bendera itu. Selama saya jualan dari 23 Juli baru itu yang tanya, dan memang tidak jual," ujarnya ditemui di tempat, Senin (4/8/2025). 

Orang asli Bandung tersebut mengetahui viralnya pengibaran bendera itu lewat media sosial. Tak hanya dikibarkan di satu tiang di bawah bendera merah putih, bendera itu juga berkibar di kendaraan truk, juga di kendaraan lainnya. 

Meski begitu, penjual musiman ini tidak tertarik untuk menjual bendera tersebut di Timika. 

"Dari bos juga bilang, ga usah jual itu, merah putih saja, fokus di situ," katanya. 

Deni mulai memajang bendera yang ia jual itu mulai dari 7.30 pagi hingga sore hari. Katanya, penjualan bendera merah putih sudah semakin sepi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Ia menjual dengan harga bervariasi mulai dari harga 5 ribu hingga ratusan ribu. 

Deni berjualan bendera hanya di saat momen Agustusan, sebagai sampingan, sejak 2008 Deni di Timika, dengan profesi bergantian, seringnya jual es bandung.

Hal yang sama dialami oleh Abas Buton, ia berjualan di depan Kantor DPRK Mimika mulai dari pagi hingga sore. Katanya, sejak ia berjualan kurang lebih satu minggu, baru ada satu yang tanya bendera One Piece. 

"Kemarin ada mobil truk berhenti tanya bendera one piece, saya bilang tidak ada. Sejauh ini baru itu yang tanya. Katanya kalau ada dia mau beli banyak," ungkapnya. 

Pria yang saban hari sebagai pendulang emas ini memanfaatkan momen Agustus untuk menjual bendera, katanya lumayan, dari tahun sebelumnya, Agustus ini pendapatannya meningkat. 

"Tahun ini agak lumayan walau banyak yang jualan. Kerjaan ini hanya sampingan saja, profesi saya dulang," katanya. 

Berbeda dengan Iwan, penjual bendera di Jalan Yos Sudarso dekat lampu merah Timika Mal mengaku belum ada yang tanya terkait bendera One Piece. 

"Saya mulai (jualan) 27 Juli, sampai sekarang tidak ada yang tanya," ucapnya. 

Ditanya terkait bendera tersebut, ia mengaku tahu dari sosmed, tetapi apa maksudnya dia tidak paham. Fokusnya hanya jualan bendera merah putih untuk memeriahkan hari kemerdekaan. 

Ryan Suranto, seorang warga merespon pengibaran bendera tersebut, katanya bentuk protes terhadap negara. Ia bilang tidak ada salahnya jika ada warga yang mengibarkan bendera tersebut, asal tidak lebih tinggi dari merah putih. 

"Itu kan bentuk ekspresi, momen 17an ini kasih naik merah putih, mungkin sekaligus dengan (bendera) One Piece, itu kan yang ada viral di medsos," katanya. 

Dikutip dari dpr.go.id, Ketua Komisi XIII DPR RI Willy Aditya menanggapi fenomena maraknya pengibaran bendera bergambar tengkorak bertopi ala film animasi One Piece yang terjadi belakangan di sejumlah daerah di Indonesia.


Ia menegaskan, pengibaran bendera One Piece tidak bisa disamakan dengan tindakan melecehkan simbol negara, apalagi tidak tergolong dalam bendera terlarang seperti bendera separatis atau negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. 

"Selama tidak melecehkan Merah Putih, misalnya menempelkan simbol One Piece di atasnya, maka itu bukan pelanggaran serius. Saya lihat juga posisinya di bawah Merah Putih,” ujarnya Minggu (3/8/2025). 

Katanya ekspresi seperti itu biasanya muncul dari kalangan muda yang penuh energi, idealisme, dan keberanian menggugat ketidakadilan. Namun, menurutnya, semangat itu sering kali tidak dibarengi dengan nalar yang cukup.

Ia mengajak publik untuk menyikapi fenomena itu secara proporsional. Semua dilakukan agar masyarakat tidak terjebak dengan pemikiran tertentu. 

Willy menolak gagasan untuk merespon aksi ini dengan tindakan represif atau bahkan ajakan dialog langsung kepada pelaku pengibaran.  

“Fenomena semacam ini cukup dicermati dan dipahami. Jangan justru terjebak dalam provokasi,” pungkasnya. 

Di Timika sendiri, sejauh ini belum terlihat pengibaran bendera One Piece, meski platform media sosial akhir-akhir ini banyak dipenuhi adanya bendera tersebut yang bertepatan pada momen hari kemerdekaan. (Eka)




Bagikan :