Becak, Dulu Primadona Sekarang Disisihkan Zaman
Senin, 01 Juli 2019 - 03:34 WIT - Papua60Detik

Papua60detik.id - Di era 2000an becak pernah jadi moda transportasi primadona di Kota Timika. Seiring perkembangan zaman kendaraan roda tiga yang sebetulnya lebih ramah lingkungan ini mulai ditinggalkan.
Jumadi, salah seorang penarik becak di Kota Timika saat berbincang papua60detik.id, Minggu (30/6) menuturkan, pada 2001 becak mendominasi transportasi di Kota Timika. Era itu menjadi salah satu era keemasan bagi para penarik becak di Kota Timika.
Perlahan, era emas mulai memudar seiring berjalannya waktu dan perkembangan kemajuan teknologi transportasi. Becak yang dulu digandrungi kini perlahan mulai ditinggalkan dan terus tersisih seiring berkembangnya moda transportasi di Kota Timika.
"Tahun 2001 itu becak di Timika banyak sekali bahkan becak juga punya nomor plat yang dibuatkan oleh Dinas Perhubungan," cerita Jumadi yang sejak 2001 sudah menjadi penarik becak di Kota Timika.
Kota Timika pada masa itu belum seramai dan semaju sekarang, hanya ada beberapa ruas jalan saja.
"Becak mulai tersisih itu sejak munculnya ojek dan mobil rental. Becak mulai sepi peminat," kata Jumadi.
Di tahun 2001, kenang Jumadi, dalam sehari bisa mendapatkan Rp100.000 sampai Rp150.000. Tarif becak terdekat pada waktu itu masih Rp1000.
"Sekarang ini susah. Untuk dapat 20 saja dalam sehari sangat susah," keluhnya.
Meskipun sepi penumpang, ia mengaku sangat mencintai profesi yang sudah digelutinya sejak lama ini. Dari hasil mengayuh pedal becak, ia berhasil menyekolah anak dan menghidupi keluarganya.
Ismail dengan becaknya di Kota Timika, Foto: Marsel Balawanga
Kondisi serupa disampaikan Ismail yang sejak 2003 menarik becak di Kota Timika. Menurutnya, becak sudah tidak lagi mampu bersaing dengan moda transportasi lain yang lebih cepat seperti ojek dan mobil rental.
"Dulu zaman saya narik, itu satu hari saya bisa dapat 100 ribu sampai 150 ribu tapi sekarang ini sangat susah, bahkan kadang sehari tidak ada sama sekali," kata Ismail.
Meski penumpang sepi, namun ia memilih tetap jadi penarik becak. "Walaupun sepi rejeki itu selalu ada, " kata Ismail.
Sejak jadi penarik becak dirinya juga berhasil menyekolah anak anaknya bahkan ada yang sudah sarjana dan sudah bekerja.
"Ada satu yang masih sekolah," cerita Ismail.
Saat ini jumlah becak di Kota Timika bisa dihitung jari. Sangat jauh berkurang dibanding kisaran tahun 2000, saat masa kejayaaan para penarik becak.
Hanya tinggal beberapa penarik becak yang tetap memilih bertahan, yang lain sudah banting setir, beralih ke profesi lain. (Marsel Balawanga)