Karantina Papua Tengah Sosialisasi Bahaya Penyebaran ASF di Nabire

- Papua60Detik

Tim Karantina Papua Tengah saat melakukan sosialisasi virus ASF di Nabire, Selasa (17/12/2024). Foto; Istimewa
Tim Karantina Papua Tengah saat melakukan sosialisasi virus ASF di Nabire, Selasa (17/12/2024). Foto; Istimewa

Papua60detik – Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Karantina) Papua Tengah sosialisasi penyebaran wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Nabire, Selasa (17/12/2024). 

Sosialisasi ini sebagai bentuk cepat tanggap atas kejadian matinya ratusan ternak babi di Kabupaten Nabire beberapa pekan terakhir.

Kepala Karantina Papua Tengah, Ferdi menyebut, melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), ia berharap semua pihak memperketat pengawasan pada tempat pemasukan dan pengeluaran. 

"Bagi peternak dan pedagang sementara diimbau tidak melalulintaskan ternak dan produk olahannya, tetapi fokus ke pengendalian penyakit agar tidak semakin menularkan penyakit ke ternak babi yang masih sehat,” ujar dalam siaran pers di Timika, Selasa (17/12/2024). 

Ia menjelaskan langkah yang telah diambil karantina diharapkan dapat menekan potensi penyebaran virus ASF, khususnya di Kabupaten Nabire. Hal ini dilakukan, sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Deputi Bidang Karantina Hewan Badan Karantina Indonesia, Nomor 4087/KR.120/C/12/2024 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian African Swine Fever di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. 

"Surat Edaran tersebut berisi tentang pelarangan lalu lintas daging babi, sei babi, sosis babi, dan produk olahan babi lainnya ke Nabire, Papua Tengah. Masuk maupun keluar wilayah," jelas Ferdi. 

Tidak hanya melakukan sosialiasi, Karantina Papua Tengah juga memasang karpet disinfektan di Bandar Udara Douw Aturure untuk menekan penyebaran ASF yang kemungkinan terbawa pada alas kaki penumpang. 

Menurut Ferdi, karpet disinfektan tersebut ditempatkan pada pintu keberangkatan dan kedatangan penumpang. Para penumpang yang masuk atau keluar diwajibkan melewati karpet tersebut, sehingga kemungkinan virus yang terbawa melalui alas kaki sudah mati.

Sementara untuk barang-barang yang dibawa penumpang, karantina bekerja sama dengan instansi terkait dalam melakukan pemeriksaan. 

"Jadi kalau ada kedapatan barang-barang bawaan yang terkait dengan bahan dari babi maka langsung diperiksa lebih lanjut,” terangnya.

Sebelumnya, Kepala Barantin Sahat M. Panggabean pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Kemendagri, Jakarta, Senin (16/12/2024), menyampaikan bahwa penerapan biosekuriti sangat penting untuk menekan penyebaran virus ASF. Kolaborasi dengan sejumlah instansi terkait, termasuk pemerintah daerah juga penting untuk penanganan wabah. 

Selain sosialisasi kepada para pengguna jasa, Karantina Papua Tengah juga memasang spanduk di tempat pemasukan dan pengeluaran media pembawa seperti bandara dan pelabuhan di satuan pelayanan Karantina Papua Tengah. (Martha)




Bagikan :