Kelompok Tani Amungsa Berdayakan Petani Asli Papua

- Papua60Detik

Kebun sayur milik Kelompok Tani Amungsa di Jalan WR Supratman, Mimika. Foto: Eka/Papua60detik.
Kebun sayur milik Kelompok Tani Amungsa di Jalan WR Supratman, Mimika. Foto: Eka/Papua60detik.

Papua60detik - Kelompok tani Amungsa di Jalan WR Supratman melakukan pemberdayaan kepada masyarakat asli Papua atau OAP dalam metode bertani modern. 

Biasanya, masyarakat saat mengelola lahan hanya sebatas ditanami petatas, singkong dan ubi jalar, mereka kebanyakan belum melakukan metode penanaman sayur layaknya petani lain yang datang dari luar dengan berbagai variasi jenis sayuran. 

Salah satu pengusaha meminjamkan lahannya untuk dikelola dengan metode yang umum dipakai petani Timika dengan mengutus salah satu orang untuk membina masyarakat. 

Koordinator pengelola lahan Heri Mario mengatakan bahwa hal itu baru berjalan sekitar 3 bulan. Pelajaran awal yang diberikan Heri kepada masyarakat yakni membuat bedengan lalu ditanami kangkung dan singkong. 

Selanjutnya, perlahan mulai mencoba untuk menanam pare, ketimun, kacang panjang dan sawi. 

Untuk jenis tanaman tersebut metode menanamnya dengan membuat bedengan lalu ditutup plastik dan diberi lubang untuk tempat yang akan ditanam. Kemudian ada yang memakai lanjaran kayu untuk tanaman pare dan ketimun. 

"Kita bentuk kelompok tani namanya kelompok tani Amungsa. Kita coba berdayakan mereka dengan cara menanam pare, timun, kacang panjang dan sawi," ujar Heri, Kamis (21/9/2023). 

Anggota Kelompok Tani Amungsa 14 orang yang semuanya merupakan Orang Asli Papua yang akan memanfaatkan lahan seluas 3 hektar itu.

"Anggota 14 semuanya orang asli Papua. Belajar pertama mereka membuat bedeng, yang penting juga bagaimana caranya agar mereka mengelola lahan secara optimal. Lahan yang digarap itu disediakan oleh salah seorang pengusaha di Mimika," kata Heri. 

Awal dimulainya pertanian itu pada Juli 2023 dengan hasil panen pertama mereka sayur kangkung. Hasil panen itu kata Heri sudah ada yang menampung, lalu dari hasil itu akan dibagi rata kepada para petani anggota. 

"Pengusaha yang meminjamkan tanahnya untuk digarap itu memang berniat memberdayakan masyarakat asli. Jadi memang ibu (pengusaha) kepeduliannya sangat tinggi kepada masyarakat, akhirnya kami bersepakat membuat seperti ini," jelasnya. 

Sejak awal hingga berjalan kurang lebih tiga bulan, lahan pertanian berkembang baik. Hanya saja, jika ada kedukaan, anggota kelompok absen sementara.

"Memang kita harus sabar dalam membina mereka, kita juga harus beradaptasi dengan karakter mereka, yang penting kita ada niat dan sabar. Mereka memang keras, tapi juga butuh perhatian dari kita," lanjutnya. 

Heri juga mm menggunakan pupuk organik seperti sampah basah, pupuk kandang, dan beberapa pupuk hasil fermentasi lainnya. 

"Pupuk saya pakai organik semua, bahan kimia tidak ada. Untuk obat daun saya pakai daun sirsak, serei dan tembakau saya fermentasi satu minggu. Cairannya saya saring lalu buat semprot ke daun untuk hama," terang Heri. 

Tim PPL Dinas Pertanian pernah berkunjung ke lahan Kelompok Tani Amungsa. Mereka dipinjamkan traktor selama 4 minggu. 

"Saya berharap mereka (binaan) dapat aplikasikan ke kebunnya masing-masing. Dan sudah ada dari mereka dua orang yang sudah mengaplikasikan di kebunnya," pungkasnya. (Eka)




Bagikan :