PTFI Kembangkan Estuary Structure Project Tangani Pendangkalan
Kamis, 23 November 2023 - 18:04 WIT Faris Rodolfo Nes - Papua60Detik
Papua60detik - Limbah tailing PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) kerena volumenya yang cukup besar.
Vice President Environmental Division PTFI Gesang Setiyadi mengatakan PTFI telah mendapatkan izin dari Pemerintah Pusat untuk mengendapkan tailing di dalam area yang telah ditentukan atau disebut dengan Modified Ajkwa Deposition Area (Mod ADA).
Tetapi tidak semua tailing bisa ditampung disitu (Mod Ada). Gesang menjelaskan hingga akhir masa tambang PTFI pada tahun 2041 hanya 50 persen yang tertampung di Mod ADA,
“Sisanya ke muara. Nah di muara ini, ada dampak yang dirasakan dan selalu disampaikan ke PTFI adalah pendangkalan," terangnya dalam kegiatan pembukaan Estuary Structure Project yang digelar di Muara Ajkwa, Mimika, Papua Tengah, Rabu (22/11/2023).
Untuk menanggulangi pendangkalan di Muara Ajkwa, PTFI bekerja sama dengan para profesor dan menghasilkan solusi yang disetujui oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni membangun struktur estuary.
"Proyek estuary dibagi menjadi dua macam yang pertama geotube atau struktur (sebuah karung besar) yang diisi dengan material sekitar dan itu tailing, dengan kapal keruk kita masukkan ke situ, airnya keluar, padatannya tertinggal disitu, tujuanya untuk mengendapkan tailing, sementara airnya ke laut, dan kalau sudah mengendap nantinya bisa ditanami dengan mangrove," jelasnya.
Proyek estuari kedua adalah dengan menggunakan bambu yang disebut dengan Egrowing.
"Jadi menggunakan bambu yang nanti melibatkan masyarakat (lokal sebagai kontraktor) untuk menancapkan bambu, tujuannya sama kita pasang membentuk huruf E, makanya disebut sebagai Egrowing. Lama-kelamaan sedimen akan mengendap di situ, kemudian bisa ditanami mangrove di kemudian hari," terangnya.
Panjang struktur geotube setiap tahunnya yang akan dibangun 2,8 km, kemudian struktur bambu akan dibangun 2,7 km kemudian penanaman mangrove seluas 500 hektare.
Profesor Denny Nugroho Sugianto yang merupakan bagian dari tim PTFI mengatakan estuary sturcture ini sudah berhasil dikembangkan di beberapa daerah di Jawa,
"Kebetulan Kementerian Kelautan juga mengadopsi teknologi bambu ini," jelasnya.
Denny melanjutkan dengan pembangunan Estuary Proyek ini merupakan salah satu upaya pengelolaan lingkungan dengan teknologi sederhana.
Sederhana karena menurut Denny masyarakat hanya perlu mengambil bambu sebagai sumber daya alam lokal.
Denny mengklaim jika inovasi yang dikerjakannya dengan PTFI ini akan menjadi solusi yang berkelanjutan.
"Keberlanjutan itu tadi ada tiga aspek pertama sosial bagaimana kita berinteraksi dengan masyarakat, bagaimana masyarakat meningkatkan aspek ekonomi, dan terakhir lingkungan (tumbuhnya ekosistem mangrove baru)," tuturnya.
Pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan baik kata Denny akan bisa meningkatkan ekonomi, dampak sosial, dan lingkungan.
"Jadi kita tidak perlu lagi melihat dampak-dampak yang negatif," ujarnya.
Sementara itu, Senior Vice President (SVP) Community Development PTFI, Nathan Kum menyampaikan terima kasih kepada Departemen Environmental PTFI yang telah melaksanakan kegiatan pemasangan bambu dan inovasi Estuary Structure Project yang digelar di Muara Ajkwa.
Menurut Nathan apa yang dilakukan ini adalah salah satu bentuk komitmen PTFI dalam pengelolaan lingkungan hidup di wilayah muara Ajkwa juga Mimika. (Faris)