Tuntut Pulang Kampung, Masyarakat Tembagapura Nekat Duduki Terminal Bus PT Freeport

- Papua60Detik

Masyarakat Tembagapura menduduki terminal bus PT Freeport Indonesia di Gorong-gorong menuntut segera dipulangkan ke kampung halamannya, Kamis (14/1/2021). Foto: Salmawati Bakri/Papua60detik
Masyarakat Tembagapura menduduki terminal bus PT Freeport Indonesia di Gorong-gorong menuntut segera dipulangkan ke kampung halamannya, Kamis (14/1/2021). Foto: Salmawati Bakri/Papua60detik

Papua60detik - Kerinduan ribuan masyarakat Waa Banti, Utikini, Opitawak Distrik Tembagapura untuk pulang kembali ke kampung halaman tak terbendung lagi.

Tahun berganti, mereka belum juga bisa pulang ke kampungnya sejak mengevakuasi diri ke kota Timika karena ketakutan terhadap kontak senjata Maret 2020 silam.

Lelah menunggu janji pemerintah, mereka akhirnya nekat menduduki terminal bus PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gorong-gorong, Kamis (14/1/2021).

Jalan tambang PTFI  memang satu-satunya akses kendaraan darat dari Timika ke Tembagapura. Dan ribuan warga ini dulu diturunkan dengan belasan bus PTFI.

Dipimpin Martina Natkime, ratusan masyarakat turun aksi damai di terminal bus PTFI Gorong-gorong. Mereka mengancam, bus PTFI tak boleh beroperasi selagi belum ada kepastian  tentang kepulangannya.

Dari pernyataan sikapnya, masyarakat Tembagapura menuntut; Pertama, berhenti mempermainkan dan memutar balik dengan segala macam alasan yang bertujuan untuk menghambat mereka kembali ke kampung halaman.

Kedua, pernyataan sikap mereka ini adalah yang terakhir. Jika masih dipermainkan, mereka akan tetap kembali ke kampung halamannya dengan caranya sendiri yaitu dengan berjalan kaki menuju Tembagapura.

"Saya tidak punya tujuan lain, tidak nuntut apapun. Jujur di atas tanah saya, saya mau pulang kampung," tegasnya.

Hingga saat ini sudah 25 warga yang meninggal lantaran selama tinggal di kota Timika. Daftar kematian akan terus bertambah karena kondisi alam dan penghidupan Timika tak ramah bagi mereka terutama yang berusia sudah senja.

Tak mendapat kejelasan, Martina menangkap kesan, ia dan ribuan masyarakat Tembagapura seperti bola, yang sudah ditendang di sana, di tendang lagi di sini, begitu seterusnya.

"Saya bukan bola, Pemerintah tendang ke Freeport terus Freeport tendang ke Pemerintah dan tendang lagi ke Freeport, taruuh saya di tengah-tengah.  Itu tidak boleh, saya juga manusia," keluhnya.

Dalam kosmologinya, tanah adalah ibu. Tuhan sengaja menciptakan manusia di Tembagapura untuk menjaga Gunung Nemangkawi yang dipenuhi emas dan tembaga.

"Kenapa malah saya diinjak-injak. Saya turun bawa diri, jadi saya pulang bawa diri," ujarnya menambahkan.

Tak berlangsung lama aparat kepolisian sudah tiba di terminal bus Gorong-gorong. Sempat bersitegang, polisi meminta peserta aksi segera bubar. Peserta aksi menolak dan meminta kepastian hari dan tanggal mereka akan dipulangkan.

Di tengah negosiasi alot, kabar baik datang. Rapat pimpinan Forkopimda di salah satu hotel memutuskan, masyarakat Tembagapura mulai akan dipulangkan pada Sabtu (16/1/2021) pekan ini.

"Pertemuan dihadiri langsung pak Bupati (Eltinus Omaleng), Kapolres Mimika dan Dandim 1710 Mimika. Semoga bisa diakomodir dengan baik," kata Wakapolres Mimika Kompol I Nyoman Punia.

Mendapat kepastian hari dan tanggal pulang ke Tembagapura, peserta aksi setuju membubarkan diri dengan tertib. Sabtu pekan ini mereka akan kembali ke terminal bus gorong-gorong, memastikan janji kepulangan mereka ditunaikan. (Salmawati Bakri)




Bagikan :