Cerita Orang Tua Siswa di Masa Belajar dari Rumah
Bagikan :

Papua60detik - Kegiatan belajar dari rumah mulai dikeluhkan orang tua siswa yang setiap harus menjadi pengawas sekaligus guru bagi anak-anaknya.

Mereka menilai proses belajar yang sudah berlangsung selama kurang lebih tujuh bulan ini, justru membuat anak lebih banyak bermain dan malas tahu dengan pelajaran.

Anak beranggapan sedang libur karena tidak masuk sekolah. Hal ini banyak terjadi pada anak yang memilih metode belajar luar jaringan (luring) atau modul karena tidak setiap hari dipantau oleh guru seperti anak yang memilih metode belajar daring atau online.

Keadaan ini membuat orang tua kewalahan, khususnya bagi mereka yang memang tidak memiliki pengalaman mengajar secara akademis. Ditambah tuntutan pekerjaan yang juga harus diselesaikan.

Hal inilah yang dirasakan Irsma, salah satu orang tua siswa yang sehari-hari berjualan pinang. Ia mengaku sangat sulit membagi waktu karena diperhadapkan pada dua pilihan yang sama-sama penting, mengajar dan berjualan.

Jika tidak berjualan, maka ia tidak bisa membayar uang sekolah anak dan membiayai hidup. Namun jika tidak menjadi guru untuk anaknya, maka anaknya tidak akan mengerti dan banyak bermain.

“Sulit sekali, karena kita punya tanggung jawab double karena harus mengajar sedangkan kita harap dari sekolah yang mengajar untuk meringankan. Jadi saya pikir belajar online atau dari rumah itu susah” katanya.

Situasi ini membuatnya stres karena ia harus mendampingi dua anak sambil berjualan.

 “Kadang emosi, kadang bingung dengan pembeli, kadang juga bingung dengan anak punya pelajaran,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Martina yang juga merupakan orang tua siswa yang mengeluh karena sulit membagi waktu bekerja dan menjadi guru bagi anaknya di rumah.

“Jadi saya pilih metode luring yah karena saya kan punya hewan ternak jadi paginya saya mengurus ternak nanti siang atau malam baru saya mengajar anak membaca, menulis dan kerja tugas,” katanya. (Anti Patabang)


Video Terbaru