Ini Curhat Rindu Karyawan Freeport Setelah Berbulan-bulan Tertahan di Tembagapura
Papua60detik - Apa yang membuat para karyawan PT Freeport Indonesia (PT FI) bersikeras, bertahan hingga berhari-hari aksi unjuk rasa dan nekat memblokir akses operasi tambang di mile point 72, Ridge Camp, Tembagapura?
"Hanya satu kata, rindu. Itu yang membuat kami bertahan untuk demo sampai dijawab. Kami juga manusia jadi kami tahu rasa rindu itu berat. Kami ingin melepas rindu dengan orang tersayang. Itu kekuatan kami, rindu," demikian curahan hati seorang karyawan yang meminta nama dan inisialnya tak disebutkan di dalam berita.
Karyawan berunjuk rasa menuntut Manajemen PT FI mengoperasikan kembali bus Shift Day Off (SDO) dan memberi insentif karena telah bekerja normal bahkan di masa pandemi covid-19.
Di Timika, bus SDO ini juga disebut bus 'kerinduan'. Frasa
'kerinduan' dilekatkan karena bus inilah yang rutin mengangkut karyawan dari
Tembagapura turun ke Timika melepas rindu bersama keluarga. Setiap hari sekitar
700 sampai 800 karyawan bisa turun ke Timika menggunakan bus 'kerinduan' ini.
Tapi karena pandemi yang tak pasti kapan berakhirnya ini,
Manajemen PT FI menonaktifkan bus SDO. Akibatnya pasti, karyawan yang sedang
off tak lagi bisa turun ke Timika bertemu keluarga. Masa off terpaksa mereka
habiskan di Tembagapura dengan menahan beban beratnya rindu.
"Pemalangan jalan tambang mile 72 itu puncak dari
kekecewaan kami setelah beberapa kali kami melakukan aksi pemalangan. Tetapi
setiap tim yang ditunjuk mewakili karyawan untuk bicara pasti hasilnya nihil
dan tidak dijawab pihak manajemen makanya kami sebut ini aksi spontanitas dan
semua pekerja jadi pemimpin untuk dirinya sendiri dengan tetap pada satu
tujuan, bus kerinduan dinormalkan kembali," katanya.
Menurutnya, ada hal janggal dalam upaya pengendalian covid-19 di Kabupaten Mimika. Pasalnya, di Kota Timika sendiri penerapan protokol kesehatan terkesan longgar. Tapi hal berbeda diberlakukan bagi para karyawan di Tembagapura.
"Kadang ada celotehan kecil dari mulut kami, masak di Timika bar diskotik sudah dibuka, kenapa kita masih dikurung di Tembagapura. Itu yang membuat kami sangat kesal," tutur karyawan ini.
Rabu (26/08/2020), karyawan sudah menyampaikan aspirasi kepada anggota DPRD Mimika dan Manejemen PT FI. Karyawan konsisten dalam aspirasinya, yaitu bus SDO normal untuk schedule 5:2 dan 5:3 dengan hanya pengecekan suhu tubuh saat melakukan boarding. Kebijakan itu pun tuntut karyawan, harus tertulis di jalur informasi resmi PT FI.
"Kenapa kami tidak sepakat dengan kuota penumpang 200 orang karena itu kuota cuti, bukan day off Timika tapi cuty lokal ke Timika, makanya kami bersikeras juga. Tuntutan kami harus dipenuhi sebab selama masa pendemi covid-19 kami bekerja normal dan produksi sangat lancar," ungkapnya.
Menanggapi tuntutan karyawan tersebut, VP Corporate
Communications PT FI, Riza Pratama mengatakan, perusahaan memberlakukan
protokol kesehatan yang ketat demi kesehatan dan keselamatan karyawan, keluarga
dan komunitas.
"Pemda dan perusahaan sudah sepakat untuk memenuhi aspirasi karyawan selama sejauh protokol kesehatan masih terjaga. Permintaan bus karyawan dengan kondisi yang diminta tidak sesuai dan membahayakan kesehatan karyawan sendiri," katanya melalui pesan WhatsApp. (Joe Situmorang)