Kisah dari Pemakaman Covid-19
Bagikan :

Papua60detik - Pada suatu siang di Maret 2020, telepon Yosep Temorubun berdering, Kepala Dinas Kesehatan, Reynold Ubra memanggil. Usai berbincang singkat, benak Yosep mendadak dipenuhi ragu.

Reynold memintanya menjadi relawan sekaligus merekrut relawan pemakaman covid-19. Siang itu juga, sekitar pukul 13.00 WIT, ada jenazah pasien covid-19 harus dimakamkan.

Yosep seorang pengacara. Pekerjaannya sudah memberi lebih dari cukup untuk kebutuhan ekonomi dan segala macam kebutuhan hidupnya. Lalu apa yang membuatnya tergerak?

"Waktu saya diminta, saya pikir begini, saya  pernah berjanji ke tanah ini untuk mendarma baktikan jiwa raga ke Mimika dan Papua. Saya menerimanya dengan ikhlas," jawab Yosep kepada Papua60detik, Kamis (10/12/2020)

"Saya diberi waktu satu jam untuk mencari relawan," katanya menambahkan.

Ia bergegas menghubungi teman-teman yang dikenalnya. Berkeliling Kota Timika, keluar masuk lorong. Sebagian besar menolak, takut.

Setelah bersusah payah menjelaskan, 12 orang berkumpul dan terbentuklah tim relawan pemakaman covid-19 Mimika hari itu.

Sistem kerja tim ini sederhana, hanya menunggu informasi dari Dinas Kesehatan. Ketika informasi datang, mereka lekas bergerak dari tempat karantina ke pemakaman. Tapi tentu pekerjaan timnya tak sesederhana itu. Di lapangan benturan nurani kadang datang. Terutama ketika muncul protes dari pihak keluarga jenazah.

"Keluarga sempat keluarkan kata-kata kasar. Anak-anak ini sampai sudah ada yang lepas APD. Kami sampaikan kami tim relawan ini hanya terima komando. Kami hanya turun untuk pemakaman. Berkaitan hasil (pemeriksaan) seperti apa Itu kami tidak tahu," cerita Yosep dalam bungkusan APD.

Yosep ingat betul, September dan Oktober adalah puncaknya. Saat itu tim relawan pemakaman covid-19 yang dipimpinnya sampai kewalahan. Dalam beberapa hari berturut-turut datang perintah, ada jenazah yang harus dimakamkan.

"Berturut, turut. Hari ini meninggal, besoknya lagi ada yang meninggal, Waktu itu kami sempat kewalahan. Bahkan satu hari kami lalukan pemakaman tiga kali. Saat itu cuaca panas, kami kubur tiga jenazah dengan jam yang sama," kenang Yosep.

Untungnya, selama sembilan bulan bekerja sebagai relawan pemakaman covid-19, semua anggota timnya tetap sehat. Nutrisi di tempat karantina plus konsumsi rutin multivitamin membuat timnya selalu siap tempur sampai sekarang.

"Saya sudah pasrah. Apabila Tuhan memanggil saya dalam pekerjaan ini berarti saya sudah siap. Saya injak tanah Papua ini sudah dengan komitmen memberi jiwa raga untuk pelayanan," katanya Yakin. (Burhan)


Video Terbaru