Octo Magay dan "Orang Orang Biasa" di Lahan Hidroponiknya
Papua60detik - Semua bermula di 2014. Ketika itu, Octo Magay memantapkan tekad membuka lahan pertanian hidrophoniknya. Tentang hidrophonik, semua ia pelajari dari internet. Ia belajar sendiri. Octo seorang otodidak.
Bekerja sebagai karyawan PT Freeport Indonesia sejak tahun 1972, memberikan Octo pengalaman dan modal awal. Dengan Rp20 juta ia memulainya dari sepetak lahan di SP3 Distrik Kuala Kencana, Timika, Papua.
"Memang banyak juga biaya keluar. Tapi saya merasa ini new economy untuk masyarakat di Timika," kata Octo, Rabu (21/4/2021).
Jatuh bangun pasti. Tapi berkat kerja kerasnya, kini Octo punya 16 rumah kaca di bawah PT Namul Jaya Sejahtera. Lahan hidrophoniknya sudah bekembang jauh. Ada 62 ribu lobang tanam di atas lahannya.
Seminggu ia bisa panen sayur jenis selada tiga sampai lima kali. Sekali panen rata-rata 300 kilogram, sebulan bisa sampai empat ton. Sayurnya organik, tanpa bahan kimia.
Octo sekarang tak perlu risau soal pasar. Sejak tahun 2018 lahan hidrophoniknya telah jadi pemasok bahan sayuran segar di PT Pangan Sari Utama yang menangani konsumsi bagi karyawan PT Freeport, kontraktor dan privatisasi.
Bisnis hidroponiknya satu hal, tapi bagaimana Octo mempekerjakan orang lain adalah hal lain. Sedari awal, mempekerjakan sebanyak mungkin orang jadi mimpi yang ia juga tanam di atas lahannya. PT Namul Jaya Sejahtera miliknya kini punya sekitar 50 orang pekerja. 30 orang lebih bekerja di lahan, sisanya bekerja di gudang dan transportasi.
Octo punya filosofi berbeda, paling utama adalah membantu orang dan mengurangi pengangguran. Syaratnya, asal masih mampu dan mau bekerja. Maka jangan heran, pekerja PT Namul Jaya Sejahtera rata-rata mereka yang sudah berumur dan kaum perempuan. Mereka adalah pekerja non skill yang tidak memiliki keahlian khusus di bidang hidrophonik.
"Orang-orang biasa, tidak perlu pakai lamaran, cukup pakai KTP saja. Justru mereka lebih fokus, lebih rajin dan memberikan yang terbaik. Lebih bagus kita pekerjakan orang tua sama ibu-ibu, lebih bermanfaat. Kita juga ingin buka lapangan kerja. Orang-orang tua daripada dia tinggal di rumah, sakit, lebih bagus bergerak bikin kebun," kata Octo.
Octo pun membuka lahannya jadi sekolah bagi siapa saja. Paling sering, siswa datang belajar cara bertani hidrophonik.
Bagi Octo semakin banyak yang paham lalu membuka usaha hidrophonik makin baik. Menurutnya, hidrophonik punya peluang besar jadi semacam sumber pendapatan baru, istilahnya itu tadi, new economy. (Joe Situmorang)