Cerita di Balik Nikmat Menyeruput Kopi Amungme Gold

- Papua60Detik

Rumah Kopi Amungme Gold yang dikelola koperasi binaan Community Development PT Freeport Indonesia di Jalan Malcon Kompleks Timika Indah 1. Foto: Burhan/ Papua60detik
Rumah Kopi Amungme Gold yang dikelola koperasi binaan Community Development PT Freeport Indonesia di Jalan Malcon Kompleks Timika Indah 1. Foto: Burhan/ Papua60detik

Papua60detik - Bagi yang ingin mencicipi atau penasaran  dengan cita rasa khas kopi Mimika bisa datang ke Rumah Kopi Amungme Gold di Jalan Malcon Kompleks Timika Indah 1. 

Rumah kopi yang dikelola koperasi binaan Community Development PT Freeport Indonesia (PTFI) ini sudah soft opening, Sabtu 30/7/2022) kemarin. Buka setiap hari, dari pagi sampai malam.

Dikembangkan ketinggian ribuan meter di atas permukaan air laut dan pada suhu dingin membuat kopi Amungme Gold memiliki cita rasa khas tersendiri. 

Kopi Amungme Gold adalah dari jenis kopi Arabica. Mulai dikembangkan oleh PTFI di wilayah dataran tinggi Mimika sejak tahun 1998. Ketika itu masih tahap percontohan seperti di wilayah Banti, Utikini lama dan Tsinga. Pengembangannya kemudian diperluas ke wilayah Hoya, ke Aroanop dan Jila.

Mulai 2014, PTFI tak lagi sendiri, pemerintah mulai ikut nimbrung. Sampai sekarang sudah 154 petani aktif di area dataran tinggi Mimika.

"Sekarang sudah banyak masyarakat yang ingin berpartisipasi di program kopi ini. Hasil kopinya sudah mulai kelihatan, makanya mereka juga mulai menanam kopi di atas tanahnya sendiri," kata Vice President Community Development PTFI, Nathan Kum.

Tapi produksi per tahun kopi Amungme Gold masih terlampau kecil, rata-rata 1,6 ton green per tahun. Itu kalau situasi normal, aman dan transportasi normal. Apalagi di Hoya misalnya yang belum punya lapangan terbang. 

Dengan kemampuan produksi yang demikian, jangankan dipasarkan ke luar Papua, memenuhi kebutuhan pasar lokal Mimika saja belum cukup.

"Kita kejar produksinya sampai 4,5 ton per tahun. Targetnya kita di situ. Tapi kita juga memang ada masalah dari sisi transportasi dan keamanan," kata Nathan.

Pada program kopi ini, PTFI telah membentuk tiga tim. Tim pertama mendampingi dan melatih petani, tim kedua sebagai pengumpul bijih kopi dan tim ketiga yaitu Koperasi Amungme Gold yang bergerak di sisi bisnisnya.

Kopi dari petani memang dihargai cukup tinggi, Rp100 ribu per kilo. Tapi itu mempertimbangkan sulitnya transportasi dan medan yang harus ditempuh petani sampai ke bandara.

"Masyarakat itu pikul, jalan kaki dari kampung ke bandara," kata Nthan. (Burhan)




Bagikan :