Fiersa Besari Ungkap Kesedihan & Kronologi Singkat Insiden Pendakian Puncak Carstensz

- Papua60Detik

Evakuasi pendaki Puncak Carstensz ke Bandara Mozes Kilangin Timika. Foto: Istimewa
Evakuasi pendaki Puncak Carstensz ke Bandara Mozes Kilangin Timika. Foto: Istimewa

Papua60detik – Pendaki sekaligus penyanyi, Fiersa Besari, mengungkapkan kesedihannya atas insiden yang terjadi di Puncak Carstensz, Papua Tengah. 

Dalam unggahan di akun X-nya, Senin (3/3/2025) Fiersa menyampaikan belasungkawa mendalam atas berpulangnya Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono dalam insiden yang terjadi pada 28 Februari 2025 itu.

Dalam pernyataannya, Fiersa meminta maaf karena baru mengabarkan situasi di Carstensz Pyramid. Ia dan rekannya, Furky Syahroni, baru bisa kembali ke Timika pada 3 Maret 2025 setelah sempat tertahan di basecamp Yellow Valley (YV) akibat cuaca buruk yang menghambat lalu lintas helikopter yang merupakan satu-satunya akses resmi ke YV.

Katanya, kronologi lengkap dapat ditemukan di berbagai sumber berita kredibel. Namun, ia ingin melengkapi informasi.

“Saya tergabung dalam tim yang terdiri dari tiga orang. Sementara Bu Lilie dan Bu Elsa tergabung dalam tim yang terdiri dari empat orang (beda tour operator). Kami ditemani para guide. Selain kami dan tamu-tamu WNA, hari itu (28 Februari 2025) ada juga tamu dari pihak Balai Taman Nasional yang turut mendaki,” tulis Fiersa dalam unggahannya.

Fiersa dan Furky baru mengetahui kabar tragedi ini pada 1 Maret 2025 dini hari, setelah tiba di basecamp YV. Mereka dan tim di YV segera berusaha menghubungi para korban yang masih terjebak di tebing melalui HT. Berkat bantuan relawan lokal maupun internasional, tiga pendaki yang selamat akhirnya berhasil dievakuasi dalam kondisi sempat kritis.

“Rangkaian tragedi yang menimpa Bu Lilie dan Bu Elsa, juga tiga korban lainnya yang pada saat itu masih terjebak di area tebing, baru saya dan Furky Syahroni ketahui setelah kami tiba di basecamp YV (kami tiba 28 Februari 2025 - 22:48 WIT, dapat kabar 1 Maret 2025 sekitar 04 WIT). Kaget dan sedih, tapi bersama orang-orang di YV, mengontak korban yang terjebak dengan menggunakan HT agar tetap merespons. Sampai akhirnya mereka dijemput oleh para relawan-baik lokal ataupun internasional-pada tanggal 1 Maret 2025. Alhamdulillah ketiganya selamat, meski sempat kritis,” ujarnya.

Ia mengungkapkan perbedaan medan Carstensz Pyramid dengan gunung-gunung lain di Indonesia. Dengan medan tebing curam setinggi 600 meter, pendaki wajib menguasai teknik penggunaan tali untuk ascending dan rappelling. Di ketinggian lebih dari 4.000 mdpl, terutama dalam kondisi cuaca buruk, risiko hipotermia menjadi ancaman serius jika terlalu lama berhenti di satu titik.

Di akhir unggahannya, Fiersa mengajak publik tidak berspekulasi atau mengeluarkan komentar tanpa empati. Ia berharap energi yang ada dapat digunakan untuk mendoakan para korban serta memberi ruang bagi keluarga yang berduka. (Faris)




Bagikan :