BMKG Edukasi Warga Tanggap Bencana Lewat Sekolah Lapang Gempa Bumi

- Papua60Detik

Penyerahan peta seismitas Kabupaten Mimika dari BMKG Kelas 1 Jayapura Kepada Pemda Mimika, Foto: Faris/Papua60detik
Penyerahan peta seismitas Kabupaten Mimika dari BMKG Kelas 1 Jayapura Kepada Pemda Mimika, Foto: Faris/Papua60detik

Papua60detik - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas I Jayapura dan Mimika menggelar Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) guna mengedukasi warga tentang mitigasi bencana alam.

Sekolah lapang ini digelar selama dua hari 24 hingga 25 Juli 2024 di Ballroom Hotel Horison Diana. Pesertanya dari berbagai elemen masyarakat. 

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kelas 1 Jayapura Herlambang Hudha memaparkan sekolah lapangan diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta dan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana alam khsusnya gempa bumi dan tsunami.

"Tujuan utama SLG ini dijabarkan menjadi tiga poin antara lain pertama memperkuat peranan Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG di daerah sebagai perpanjangan tangan BMKG Pusat dalam berkoordinasi dengan pemangku kepentingan setempat, memmperkuat peran Badan Penanggulangan Bencana alam Daerah (BPBD) sebagai simpul utama dalam rantai komunikasi daerah, guna memberikan informasi dan arahan yang akurat kepada masyarakat dan organisasi daerah terkait peringatan dini tsunami. Terakhir, membangun sikap tanggap terhadap informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami bagi masyarakat dan institusi pendidikan yang berada di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami," katanya, Rabu (24/7/2024).

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Pusat, Daryono menyampaikan SLG perlu dilakukan sebab letak geografis Indonesia yang memiliki kerawanan terhadap gempa dan tsunami juga bencana hidrometeorologis.

"Sesungguhnya risiko bencana dapat kita kurangi apabila kita secara sederhana dan struktur melakukan upaya mitigasi yang melibatkan dua pihak, termasuk masyarakat. Ini merupakan salah satu usaha kita untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah sekaligus membangun sikap tanggap bencana bagi masyarakat," ujarnya.

Pj Sekda Mimika Petrus Yumte mengatakan Mimika adalah wilayah dengan intensitas gempa yang cukup tinggi, data BMKG menunjukan dalam periode 2009 sampai 2024, telah terjadi setidaknya 258 kejadian gempa bumi di Mimika.

"Data dan informasi dari BMKG menjadi penting, dan diharapkan dapat mendukung proses pembangunan infrastruktur di Mimika, selain itu melalui SLG tahun 2024 ini diharapkan masyarakat Mimika dapat mengerti dan memanfaatkan data juga informasi dari BMKG sebagai upaya untuk mengurangi dampak gempa bumi yang bisa timbul kapan saja," tuturnya.

Dalam SLG 2024 ini diterangkan beberapa hal yakni sebelum terjadi, sesudah dan setelah gempa bumi dan tsunami.

Sebelum terjadinya gempa masyarakat diimbau melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi, seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah meja, menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan, dan membangun kontruksi rumah tahan terhadap goncangan gempa bumi dengan fondasi yang kuat.

Saat terjadi gempa bumi masyarakat disarankan untuk berlindung di bawah meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin jatuh dan jendela kaca, tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka. Hindari menggunakan lift dan eskalator, gunakan tangga darurat, jangan berdiri dekat tiang, pohon, sumber listrik dan gedung yang mungkin roboh, kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut bangunan

Pasca gempa masyarakat disarankan tetap waspada terhadap gempa susulan, periksa keberadaan api dan potensi terjadinya bencana kebakaran,  berdiri di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air. Apabila di luar bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah yang rawan longsor.

Sementara mitigasi bencana tsunami yakni memastikan informasi untuk mengetahui apakah tsunami benar terjadi setelah adanya gempa bumi di sekitar wilayah pantai, cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tinggal di sana sementara waktu, menjauhi pantai atau jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami. 

“Apabila berada disekitar pantai dan dapat melihat gelombang segera menjauh, waspada apabila terjadi air surut secara tiba-tiba setelah gempa bumi, segera jauhi pinggir pantai, dan hindari sungai, sebab arus gelombang tsunami akan semakin deras,” kata Pj Sekda.

Kemudian imbauan bagi nelayan apabila melihat atau merasakan adanya tsunami segera menuju ke tengah laut atau menjauhi daratan, sebab karakteristik gelombang tsunami akan lebih tinggi saat akan menerjang daratan.

Pun begitu, Mimika disebut berpotensi rendah tsunami, hal ini berdasarkan data BMKG tentang bencana yang terjadi di Mimika. (Faris)




Bagikan :